Jumat, 10 Maret 2017

Ironi Pahlawan (Tanpa) Tanda Jasa

Bangunan madrasah itu terlihat megah dari kejauhan. Halamannya terhampar luas. Rerumputan tumbuh subur di halaman sekitar 2000 meter persegi ini. Sesekali terdengar tawa kecil dan celoteh siswa dari balik ruang kelas di dalam bangunan sekolah tersebut.

Namun, pemandangan tak lazim akan tampak saat anda mengelilingi satu persatu ruang kelas MI Islamiyah Ngawinan yang bernaung di bawah Yayasan Maarif ini. Enam ruang kelas itu terlihat sepi. Jumlah siswa di madrasah ini hanya mencapai 21 siswa. Kelas IV hanya dihuni dua siswa. Kelas I dan II masing-masing dihuni empat siswa, kelas V dan VI masing-masing dihuni tiga siswa. Kelas III dihuni paling banyak siswa di antara kelas lain yang mencapai lima anak.

Guru kami memang terlihat mengajar di ruang kelas, tetapi mereka serasa mengajar les privat, ungkap Kepala Sekolah, Sri Wahyuni, saat ditemui di kantornya, beberapa waktu lalu (20/5).

Ironi Pahlawan (Tanpa) Tanda Jasa (Sumber Gambar : Nu Online)
Ironi Pahlawan (Tanpa) Tanda Jasa (Sumber Gambar : Nu Online)


Ironi Pahlawan (Tanpa) Tanda Jasa

Kebanyakan guru selalu mengenakan seragam dinas berwarna abu-abu pada hari Senin. Namun tidak demikian halnya pada Pak Rifki. Guru yang mengajar kelas IV itu justru mengenakan baju batik yang seharusnya dipakai setiap hari Jumat.

Honor yang diterima Pak Rifki memang belum cukup untuk membeli seragam guru, terang Sri Wahyuni.

Sri Wahyuni memahami masalah yang dihadapi 11 guru honorer yang mengajar di sekolahnya. Dia menganggap profesi yang dijalani guru honorer tersebut sebagai bentuk pengabdian dan pengorbanan.

Sebenarnya dia berkeinginan menyejahterakan semua guru honorer. Namun apa daya, dana BOS sudah habis digunakan untuk talangan pembiayaan kegiatan belajar mengajar, ujian nasional, dan lain-lain. Praktis, masing-masing guru hanya mendapatkan honor Rp 25.00 hingga 50.000/bulan.

Duta Islam Nusantara

Mereka sebenarnya lulusan S-1, tapi honornya jauh dari kata layak, ucap Sri Wahyuni.

Di Madrasah yang terletak di Dusun Ngawinan, Desa Jurangrejo, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten ini, sebetulnya terdapat tiga guru yang layak diusulkan mendapat tunjangan profesi dan sertifikasi. Akan tetapi mereka terkendala belum adanya Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).

Kami berharap sekali adanya donasi baik dari lembaga maupun perorangan. Pengorbanan guru-guru WB ini sudah seharusnya mendapatkan balasan yang setimpal, pintanya. (Moh Khodiq Duhri/Ajie Najmuddin)

Duta Islam Nusantara

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/44841/ironi-pahlawan-tanpa-tanda-jasa

Duta Islam Nusantara

Menyajikan informasi secara lugas dan berimbang, disertai data-data yang akurat dan terpercaya.


EmoticonEmoticon

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Duta Islam Nusantara sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Duta Islam Nusantara. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Duta Islam Nusantara dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock