Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Februari 2017

Setelah Ketemu Anies, Habib Rizieq Kena Fitnah Hot, Kiai Maruf Diseret-Seret, Konspirasi?

Duta Islam Nusantara - Jauh sebelum Ahok Basuki ceroboh membahas Al-Maidah 51 dalam sosialisasi budaya dan koperasi di Kepulauan Seribu pada 6 Oktober 2016, tokoh wahabi yang berada di Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti Bachtiar Nasir (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI, Pemimpin Al-Quran Learning Center), Zaitun Rasmin (Wakil Sekjend MUI, Wahdah Islamiyah), Farid Okbah, Fadlan Garamatan dan lain-lain, sudah mengunjungi pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, 27 September 2016.

Setelah Ketemu Anies, Habib Rizieq Kena Fitnah Hot, Kiai Maruf Diseret-Seret, Konspirasi?
Setelah Ketemu Anies, Habib Rizieq Kena Fitnah Hot, Kiai Maruf Diseret-Seret, Konspirasi?


Anies Baswedan adalah tokoh yang pernah dituduh oleh kalangan Islam garis keras sebagai intelektual syiah. Waktu menjabat Mendikbud, oleh media radikal, Anies juga dituduh akan menghancurkan Islam melalui penyusupan kurikulum liberal ke sekolah-sekolah. Ia juga pernah disebut kelompok radikal Islam sebagai menteri liberal (JIL) ketika isu penghapusan aktivitas berdo'a di sekolah terhembus.

Namun asyiknya, ketika Anies diusung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), berpasangan dengan Sandiaga Uno, yang dideklarasikan secara resmi di Roemah Joeang, Jakarta Selatan pada 26 September 2016, ia mendadak disayang oleh tokoh wahabi macam Bachtiar Nasir dan Zaitun Rasmin. Lihat foto yang didapatkan Duta Islam Nusantara ini, siapa saja yang bareng selfie bersama Anies-Sandi?

Foto ini menyebar ke media sosial sejak 27 September 2016 (Foto 1) Ketika media afiliate PKS macam islamedia.com mengklaim foto di atas sebagai dukungan "tokoh Islam" ke Anies-Sandi, buru-buru Farid Okbah membantahnya. Sebagaimana berita yang ditulis situs risalah.tv dengan judul "Klaim Dukungan Ulama ke Anies Ternyata Hoax", Farid Okbah melalui Maulana Yusuf menyatakan kalau foto selfie (Foto 1) di atas hanya silaturrahim biasa yang dilakukan oleh "tokoh Islam" untuk tabayun kalau Anies bukan Syiah dan bukan JIL. Apalagi pendukung kesesatan.

Sampai di sini, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF)-MUI belum lahir. Tokoh-tokoh dalam foto di atas (Foto 1), masih kelihatan dekat dan hangat dengan Anies-Sandi walau mengklaim tidak mendukung.

Pada 7 Oktober 2016 pukul 10 pagi, sehari setelah Ahok menyebut-nyebut Al-Maidah 51 di Kepulaun Seribu, pasangan Agus-Sylviana sowan kepada KH Ma'ruf Amin. "Secara kelembagaan kita tidak bisa dukung karena ada tata krama. Tapi saya yakin warga NU akan dukung calon yang paling banyak samanya, misal agamanya sama, warna agamanya, marhabnya sama. Penampilannya santun tidak keras, tidak galak. Saya lihat saya yakin yang paling banyak samanya Pak Agus dan Bu Sylvi. Jadi saya yakin orang NU akan dukung calon yang paling banyak samanya," ujar Kiai Ma'ruf di Kantor PBNU, sebagaimana dilansir Duta Islam Nusantara dari merdeka.com, (Jumat, 07/10/2016).

Kata Agus, tujuan dia ke PBNU saat itu adalah untuk meminta petuah senior dan restu mengarungi Pilkada DKI 2017. Sore hari, SBY dan Setyardi (Pemimpin Redaksi Obor Rakyat) mengadakan rapat di Cikeas bersama putranya, Agus dkk. Ini foto pertemuan itu, diupload oleh Setyardi juga melalui akun media sosialnya.

SBY, Ani, Agus rapat di Cikeas, 7 Oktober 2016 (Foto 2) Polemik Ahok yang ceroboh karena mengucap "…Dibohongi pakai surat Almaidah 51….", langsung direspon media dan masyarakat luas. Merasa perlu menenangkan, tidak butuh waktu lama, pada Selasa, 11 Oktober 2016, MUI akhirnya mengeluarkan fatwa secara resmi terkait kasus dugaan penistaan agama Ahok.

Dalam fatwa tersebut, MUI menyatakan Ahok telah menistakan agama. Menurut MUI, menyatakan kandungan surat Al-Maidah ayat 51 yang berisi larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah sebuah kebohongan, hukumnya haram dan termasuk penodaan terhadap Al-Quran.

Wakil Sekjen MUI Najamuddin Ramly mengklaim kalau lembaganya tidak perlu tabayun karena Ahok pasti tidak akan mengakui, "kami tidak memerlukan Ahok untuk memberikan konfirmasi karena pasti ngeles," ujarnya, Selasa (08/11/2016). Sumber informasi ini dilansir Duta Islam Nusantara dari Detikcom.

Butuh berapa jam fatwa itu keluar setelah peristiwa sowan Agus-Sylviana itu? Hanya selisih 3 x 24 jam lebih sedikit. Sowannya hari Jumat, Selasa, keluarlah fatwa. Uniknya, fatwa diresmikan ke publik tanpa tabayun. Banyak pihak menduga, ada unsur di luar desakan masyarakat atas munculnya fatwa tersebut.

Setelah fatwa MUI itu menyeruak ke media, tiga hari kemudian, yakni Jumat, 14 Oktober 2016, ratusan ribu massa menggelar Aksi Bela Islam (ABI) I menuntut Ahok dipenjara karena dianggap melecehkan Islam dan Al-Qur'an. Aksi itu, katanya, adalah respon atas lemahnya penegak hukum yang tidak mau mengambil langkah cepat ke Ahok pasca MUI menetapkan fatwa.

Sampai di sini, Anies-Sandi sudah tidak terlihat menempel dengan tokoh-tokoh Islam yang menjadi penggerak ABI I, sebagaimana nampak di Foto 1 editorial ini, hingga muncullah GNPF-MUI sebagai konsolidasi gerakan mendukung dan mengawal fatwa MUI soal penistaan agama oleh Ahok.

Tercatat, GNPF-MUI pernah mengadakan konsolidasi sekaligus lauching kepengurusan gerakan pada 1 November 2016 di Hotel Syahid, Jakarta. Pada saat itu, sebagaimana ditulis jpnn.com, Rachmawati Soekarnoputri, Ratna Sarumpaet, para pimpinan Ormas hingga Ahmad Dhani ikut hadir sebagai peserta.

Ahmad Dani ikut rapat (Foto 2A) Sejarahnya, sebelum dinamai GNPF, gerakan pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dan Zaitun Rasmin tersebut bernama Gerakan Bela Islam. Jadi, GNPF katanya adalah metamorfosis Aksi Bela Islam yang digelar UBN pada 14 Oktober 2016.

GNPF inilah yang dijadikan alat untuk menggelar aksi lanjutan, dinamai Aksi Bela Islam II. Dananya tidak main-main, 100 miliar. Data ini tercatat di wartakota.tribunews.com, yang diposting 2 November 2016. Rencana aksi susulan inilah yang membuat beberapa kalangan mulai was-was karena gerakan menuntut Ahok dipenjara sudah menyebar ke daerah dengan balutan isu sensitif, yakni agama dan etnis.

Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan untuk menghadapi Aksi Bela Islam II itu, Polri menurunkan 5000 Brimob ke daerah-daerah di seluruh NKRI. Wakil Komandan Korps Brimob Polri Brigjen Polisi Anang Revandoko menerbitkan Nota Dinas Nomor: B/ND-35/X/2016/Korbrimob tertanggal 28 Oktober 2016. Mengantisipasi perkembangan Kamtibmas di seluruh wilayah NKRI, dinyatakan Siaga I.

Antisipasi Polisi itu tidak berlebihan dan memang perlu mengingat isu berbau SARA sudah mulai menyeruak dipermainkan sang aktor dalam aksi edisi ke-2 ini. Aksi yang digelar siang hari dengan arak-arakan dari Masjid Istiqlal ke Istana itu dipoles dengan istilah "Jihad Konstitusi" oleh ormas yang mendukung acara. Megilan tenan!

Front Pembela Islam (FPI), ormas yang sejak dulu bersebarangan dengan Ahok pun sudah mulai teriak lantang. Pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab (HRS), yang jadi panitia penyelenggara, sudah mulai menggelontorkan isu "berdoa untuk kemenangan umat Islam" hingga menghimbau kepada peserta aksi untuk membuat "wasiat untuk keluarga". Seperti hendak berperang, bukan?

Untuk menggalang massa, media sosial pun digunakan secara massif. Dalam akun Twitter, Habib Rizieq dari FPI bahkan menganjurkan perusahaan, kantor, dan sekolah untuk diliburkan agar pegawai dan pelajar ikut aksi. Masyaallah. Dalam unjuk rasa sebelumnya, sejumlah anak-anak di bawah umur tampak dikerahkan dalam unjuk rasa dan ikut membentangkan spanduk. (sumber).

Media wahabi seperti jurnalmuslim.com juga sudah mulai menggoreng isu. Foto hoax Ahok yang tertawa dalam sebuah nobar pun digoreng dengan catatan yang diambil narasumber beritanya begini: Tom mendesak Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk memenuhi janjinya akan menuntaskan kasus Ahok dalam dua minggu. "Kapolri jangan berkelit, kalau tidak ingin seluruh negeri makin gaduh," ujar Tom.

Muncul pula berita HRS mengeluarkan 12 seruan, seperti dimuat di pojoksatu.id. Ratusan ribu umat Islam dari pelbagai daerah yang terprovokasi seruan HRS dan tokoh lain, berbondong-bondong datang ke Jakarta melebur dalam aksi yang disebut sebagai "Bela Islam".

Aksi Bela Islam (Foto 3) Berita-berita di situs wahabi pun membuat isu yang kontra produktif. "Silahkan kalian mencibir kami yang penuh tato. Silahkan kalian rendahkan kami dijalan. IMAN UNTUK MEMBELA AGAMA, KAMI LEBIH KUAT. Kami masih lebih mulia dari Nusron, Syafi’i Maarif, dan para munafiqin pembela ahok," begitu tulis voa-islam.com ketika melaporkan peserta Aksi Bela Islam II ada dari anak punk bertato. Ada tuduhan munafiqin dan isu "lebih mulia". Hmmm. Gorengan provokasi khas media wahabi.

Aksi yang diklaim menyatukan umat Islam itu berlanjut terus hingga digelar aksi lanjutan 2 Desember 2016. Disebut Aksi Bela Islam III. Jutaan umat Islam ikut datang ke Jakarta, melebur bersama. Media banyak memberitakan, artis-artis dan tokoh Islam selebriti macam Yusuf Mansur, Aa Gym, Arifin Ilham dan lainnya, ikut larut dalam aksi ini. Salah satunya termuat di needanews.com.

Foto-foto Aksi Bela Islam I, II maupun III, mudah didapatkan di media-media lainnya. Namun, tidak ditemukan sama sekali foto Agus Yudhoyono ikut aksi. Bahkan, dalam sorotan media teropongsenayan.com (29/10/2017), Agus terkesan mendukung ketika berbicara normatif kalau demo adalah hak warga negara. Sementara Anies Baswedan, entah kemana. Duta Islam Nusantara tidak menemukan komentar Anies dalam aksi-aksi bela islam tersebut.

Pasca Aksi Bela Islam III yang tensi politiknya kian naik hingga ada geger tentang boikot sari roti, anti Cina, anti Kristen, kebangkitan PKI, hingga penangkapan tokoh-tokoh yang dianggap makar, Anies masih diam.

Anies kemudian tiba-tiba saja muncul bersama HRS pada Ahad, 1 Januari 2017 ketika diundang dalam forum diskusi FPI bertema 'Mengenal Ideologi Trans-Nasional di Era Globalisasi: Pengaruhnya terhadap Ahlussunnah wal Jamaah dan NKRI', yang dibawakan oleh dua pemakalah yaitu Prof. Dr. Mohammad Baharun dan Dr. Abdul Chair Ramadhan, dengan Dr. Hidayat Nur Wahid (HNW).

Anies Baswedan di Forum Diskusi FPI, Ahad (01/01/2017)

(Foto 4) "Nah Pak Anies ini kerap mendapatkan fitnah, lengkap sudah. Maka dari itu kami berikan kesempatan pada beliau untuk menjawab," ucap Habieb Rizieq di depan ratusan jamaah yang menghadiri diskusi di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (01/01/2017). Berita pertemuan Anies dengan HRS sempat diberitakan oleh Detikcom dan Kompascom, ini link berita tersebutnya:

Detik.com: https://news.detik.com/berita/d-3385675/temui-habib-rizieq-anies-baswedan-bantah-berbagai-fitnah

Kompas.com: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/03/09330091/kontroversi.pertemuan.anies.dan.rizieq.shihab

Ada yang menyebut, pertemuan Anies dan HRS bersama HNW adalah bentuk pemindahan pilihan kelompok GNPF, -yang sudah mendapatkan dana ratusan milyar,- kepada Anies-Sandi yang dianggap lebih mewakili kelompok Islam daripada Agus-Sylvi.

Persekutuan antara wahabi GNPF, wahabi MUI, dan FPI mulai pecah. Namun isu persatuan Islam masih terus harus dipertahankan. Anies yang berdiam sikap atas aksi Bela Islam, tidak jelas kontribusinya atas GNPF, akhirnya dapat undangan (dukungan) FPI. Ini seperti mendapatkan anugerah suara tiba-tiba. Pada saat yang sama, sikap gembong wahabi di GNPF masih belum jelas ke Agus-Sylvi.

Setelah itu, tiba-tiba saja, berita percakapan HRS dengan Firza Husen menghebohkan publik. Massa NU yang selama ini tenang, tidak ikut memihak sebelah, seakan-akan juga ikut terseret setelah KH Ma'ruf Amin disebut dilecehkan oleh Ahok dalam persidangan. Walau akhirnya ia minta maaf, dan Kiai Ma'ruf memaafkan, kemana limpahan suara politik warga nahdliyyin akan terbawa? Apakah orang-orang di Foto 1 dalam editorial ini kembali ke haribaan Anies-Sandi, seperti sebelum GNPF terbentuk?

Lalu, dimana GNPF saat HRS difitnah? Bukanlah selama ini UBN runtang-runtung pasca aksi 411 dan 212. Ketika banyak orang ramai-ramai mengasuskan HRS, ia seakan berjuang sendiri. Jelang aksi lanjutan 11 Februari 2017 ini pun, HRS, UBN beserta Munarman pun akan diperiksa polisi terkait kasus makar Sri Bintang Pamungkas.

Mau lanjut aksi atau pilih salah satu? Putaran kedua lebih seru tidak yah? Begitu tanya Anonimus di dunia entah sono kepada kita. Sebagai pengingat, simaklah Pidato Bung Karno di bawah ini! [Duta Islam Nusantara]

PIDATO BUNG KARNO.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air

Kalau jadi Hindu, Jangan jadi orang India

Kalau jadi Islam, Jangan jadi orang Arab

Kalau jadi Kristen, Jangan jadi orang Yahudi

Tetaplah jadi orang Nusantara, dengan adat dan budaya Nusantara yang kaya raya ini.

Ingatlah saudara-saudara, musuh yang terberat itu adalah rakyat sendiri, Rakyat yang mabuk akan budaya luar yang kecanduan agama, yang rela membunuh Bangsa sendiri demi menegakkan budaya Asing, jangan mau diperbudak oleh semua itu.

Tetaplah bersatu padu membangun negeri ini tanpa pertumpahan darah.

Hai Anakku, simpan segala yang kau tau, jangan ceritakan berita sakitku kepada Rakyat, biarkan aku menjadi korban asal Indonesia tetap bersatu, ini aku lakukan demi kesatuan, persatuan dan keutuhan Bangsa jadikan deritaku sebagai saksi bahwa kekuasaan Presiden sekakipun ada batasnya, karena kekuasaan dan kekuatan langsung ada di tangan rakyat, dan diatas segala-galanya adalah kekuasaan Tuhan yang Maha Esa. Merdeka!!!

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/02/setelah-ketemu-anies-habib-rizieq-kena-fitnah-hot-kiai-maruf-diseret-seret-konspirasi.html

Sabtu, 18 Februari 2017

Penjelasan Tentang Madzhab Orang Islam yang Hidup Sebelum Imam Asyari

Duta Islam Nusantara - Mungkin mereka bertanya "Jika Asya'iroh adalah ahlussunnah, lalu orang sebelum Asya'iroh itu di mana?". Muslimin sebelah menjawab pertanyaan ini bahwa penyebutan ahlus sunnah hanya kepada pengikut madzhab Asy'ary adalah politik belaka. Mereka pun akhirnya menyimpulkan bahwa mengikuti orang sebelum Imam Asy'ari (tentu dengan penafsiran nafsunya) adalah jalan yang lebih selamat. Duh.

Penjelasan Tentang Madzhab Orang Islam yang Hidup Sebelum Imam Asyari
Penjelasan Tentang Madzhab Orang Islam yang Hidup Sebelum Imam Asyari


Jawaban atas pertanyaan itu sebetulnya sudah diungkapkan oleh Syaih Anas Asyurofawi di Naskah Mu'tamar Chech-Nya. beliau pernah menjadi dosen STAI Imam Syafi' Cianjur tahun 2011-2013. Ini naskah aslinya, di bawahnya ada tarjamahnya.

أين هم أهل السنة قبل أبي الحسن الأشعري؟

الجواب من بحث الأستاذ أنس الشرفاوي حفظه الله تعالى: [لا يقال: وأين هم أهل السنة قبل أبي الحسن الأشعري شيخ المذهب؛ لأن المقصود من الأشعرية أنها منهجٌ في الدفاع والحفاظ على عقائد السلف، ونفْيِ ما داخَلَها من زيغ وبدع، وهذا غير متصوَّر بوجود حضرة النبيِّ صلى الله عليه وسلم كما لا يخفى، وكذلك فهو نادرٌ جداً في عصر أصحابه وهم متكاثرون ومتناصرون، وإنما هو متصوَّرٌ مع يسيرِ غلبةٍ لغير أهل السنة؛ لعوارض سياسية أو مصلحية دنيوية، أو غيبوبة وبُعدٍ عن نهج السداد وغلبة أهل الباطل، وكان هذا جلياً بعد القرون الثلاثة الفاضلة، وهو لا يعني أبداً عدمَ ظهور بدعٍ وضلالات فيها، بل إن رؤوس المبتدعين لأكبر الفرق الإسلامية المنحرفة قد وقعت ضمن هذه القرون، ولكنَّها لما فشَتْ كلمتُها.. دعَتِ الحاجة للردِّ عليها بلغتها.

وهنا يجب التمييز بين المتابعة والموافقة، فالأشاعرةُ بعد أبي الحسن الأشعري إلى اليوم متابعون له ومناضلون عن طريقه، ومن قبل أبي الحسن الأشعري موافقون له، ففرق بين الموافقة والمتابعة.

قال الإمام ابن السبكي: (قال الشيخ الإمام – يعني: والده تقي الدين - فيما يحكيه لنا: ولقد وقفت لبعض المعتزلة على كتاب سماه: «طبقات المعتزلة»، وافتتح بذكر عبد الله بن مسعود رضي الله عنه ظناً منه أنه - برأه الله – منهم على عقيدتهم، قال: وهذا نهاية في التعصب؛ فإنما ينسب إلى المرء من مشى على منواله.

قلت أنا للشيخ الإمام: ولو تمَّ هذا لهم.. لكان للأشاعرة أن يعدُّوا أبا بكر وعمر رضي الله عنهما في جملتهم؛ لأنهم عن عقيدتهما وعقيدة غيرهما من الصحابة فيما يدعون يناضلون، وإياها ينصرون، وعلى حماها يحومون؛ فتبسَّم وقال: أتباعُ المرء من دان بمذهبه وقال بقوله على سبيل المتابعة والاقتفاء الذي هو أخصُّ من الموافقة؛ فبين المتابعة والموافقة بونٌ عظيم) انظر «طبقات الشافعية الكبرى» (3/365).]

Di mana Ahlus sunnah sebelum Abu al-Hasan al-Asy'ari?

Jawaban dari Syaih Anas Assyrofawi-semoga Allah menjaganya-:

Jangan katakan di mana Ahlussunnah sebelum Abu al-Hasan al-Asy'ari, Sheikh Madzhab, karena yang dimaksud-kan dari paham Asy'ariyah adalah suatu manhaj (Metode) atau pola pemahaman untuk membela dan melestarikan Ediologi Ulama' Salaf, membantah penyimpangan dan ajaran sesat yang menyusupinya.

Tentu hal ini tidak dirasakan atau tergambarkan pada saat adanya Nabi SAW, sebagaimana diketahui. Serta sangat langka bila terjadi di era para sahabat, karena mereka saling memperbanyak dan saling menolong, namun tergambarkan sedikit dominasi terhadap selain Ahlussunnah disebabkan faktor-faktor politik, kepentingan dunia atau ketiadaan, dan sebab (di masa para sahanat) jauh sekali dari cara yang tidak benar dan dominasi pemahaman sesat.

Dan ini (politik, kepentingan dunia, dan ketiadaan) terbukti tampak jelas setelah tiga abad. Tidak berarti dimasa para sahabat tidak ada bid'a-bid'ah (akidah) dan aliran sesat kemudian. Bahkan para pemimpin bid'ah dari sekte Islam terbesar itu lahir di abad itu. Akan tetapi, pada saat aliran sesat itu menyebar luas, dibutuhkan untuk menanggapi mereka dengan bahasa (cara) mereka sendiri.

Dari sini kita harus membedakan antara kata "mengikuti" dan "mencocoki". Jadi orang-orang setelah Abu al-Hasan al-Asy'ari sampai hari ini itu di sebut dengan "mutaba'ah (mengikuti)", sedang orang-orang (di tiga abad) sebelum Abu al-Hasan al-Asy'ari, yang mencocoki dengan dia, disebut dengan "muwafaqoh (mencocoki/bersesuai)". Maka, bedakanlah antara "mencocoki" dan "mengikuti".

Imam Ibnu Sabki mengatakan: (Sheikh Al Imam -ayahnya Taqi al-Din-, bercerita kepada saya: saya telah mengkaji sebagian Mu'tazilah pada buku yang berjudul Thobaqot Al Mu'tazilah, dia mengawali (kitab-Nya) dengan menyebutkan Abdullah bin Mas'ud r.a, seraya mengira bahwa ia -Allah membebaskan dia- adalah bagian dari akidah mereka. Ia (ayah) berkata: ini adalah puncak dari fanatisme, sebab seseorang itu dikaitkan dengan salah satu (akidah) orng lain bila dia menapaki jalan orang itu.

Saya berkata kepada Sheikh Al Imam: andai hal ini telah sempurna bagi mereka maka bagi Asya'iroh sangat pantas menghitung Abu Bakar dan Umar sebagai bagian dari mereka (Asya'iroh), sebab mereka dari akidah mereka berdua dan akidah para sahabat dalam sesuatu yang mereka klaim telah menguatkannya, menolong, dan melindungi akidah mereka.

Ayah-Nya tersenyum dan mengatakan: seorang pengikut itu dekat dengan pandangan yang diikuti, berkata sebagaimana ia katakan, dan bersesuai, yang mana lebih sepesifik daripada sekedar mencocoki (muwaafaqoh). Maka jelaslah perbedaan yang sangat besar antara maksud dari kata "mutaaba'ah dan muwaafaqoh". Lihatlah Muthobaqoh Syafi'iyah Al Kubro (3/365). [Duta Islam Nusantara]

Kesimpulan:

Sebelum Asya'ri dikatakan muwafaqoh atau sesuai dengan paham Asy'ari.

Setelah Asy'ari dikatakan mutaaba'ah atau mengikuti paham Asy'ari yang kemudian di sebut Asya'iroh. Sebelum dan sesudah Asy'ari adalah ahlussunnah. Tolok ukur akidah ahlussunnah sebelum Asy'ari adalah kesesuaiannya dengan paham Asy'ari, sedang setelah Asy'ari adalah yang mengikuti paham Asy'ari.

Paham Asy'ari dalam akidah adalah mengcover paham ahlul hadist yang memilih tafwidh (ta'wil ijmali), ta'wil tafshili tanpa ta'thil, dan paham ahli tashawwuf yang benar.

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/penjelasan-tentang-madzhab-orang-islam-yang-hidup-sebelum-imam-asyari.html

Kamis, 30 Mei 2013

Pesantren Nurul Ulum Tuan Rumah Konfercab IPNU-IPPNU Lamteng

Lampung Tengah, Duta Islam NusantaraRibuan pelajar NU se-Lampung Tengah dijadwalkan pada Desember mendatang akan menghadiri Konferensi Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) XV dan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPPNU) XIV Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, di kompleks pesantren Nurul Ulum Kauman, Kotagajah, Lampung Tengah.

Demikian disampaikan Andi Sobihin selaku Ketua Panitia Kegiatan Konfercab IPNU XVIPPNU XIV Lampung Tengah di sela-sela persiapan di sekretariat panitia, di lantai 1 gedung PCNU Lampung Tengah Jalan Proklamator Raya No. 134 Lintas Sumatera Seputih Jaya, Gunung Sugih, Lampung Tengah, Lampung, Selasa (15/11).

Pesantren Nurul Ulum Tuan Rumah Konfercab IPNU-IPPNU Lamteng (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Nurul Ulum Tuan Rumah Konfercab IPNU-IPPNU Lamteng (Sumber Gambar : Nu Online)


Pesantren Nurul Ulum Tuan Rumah Konfercab IPNU-IPPNU Lamteng

Konfercab IPNU XV IPPNU XIV Lampung Tengah yang berlangsung 14-18 Desember 2016 ini mengusung tema "Pelajar Nusantara yang Berjiwa Nasionalisme dan Patriotisme".

Dan sengaja kami tempatkan di pesantren agar pelajar NU senantiasa tidak kehilangan ruh kesederhanaan, ruh kemandirian dan tetap ingat dengan seluruh isi khazanah-khazanah pesantren, imbuh alumnus IAIN Jurai Siwo Metro Lampung itu.

Duta Islam Nusantara

Konfercab IPNU-IPPNU Lampung Tengah akan dikemas dengan perkemahan pelajar Nusantara sekaligus diadakan beberapa lomba yang harus diikuti masing-masing Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Ranting, dan Pimpinan Komisariat IPNU-IPPNU. Perlombaan yang bakal digelar antara lain lomba cerdas tepat (LCT), kaligrafi, seni baca Al-Quran (MTQ), pidato bahasa Indonesia, masakan Nusantara, stand up comedy santri, lomba senam Islam Nusantara, dan tari kreasi daerah.

Duta Islam Nusantara

Agenda Konfercab IPNU IPPNU Lampung Tengah direncanakan akan dihadiri beberapa tokoh, seperti Ketua Tanfidziyah PCNU Lampung Tengah Kiai Ahmad Jailani, Bupati Lampung Tengah H Mustafa, serta sejumlah utusan dari PP IPNU, PP IPPNU, PW IPNU Lampung, PW IPPNU Lampung, dan Banom dan Lembaga di lingkungan NU Lampung Tengah. (Akhmad Syarief Kurniawan/Mahbib)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/72970/pesantren-nurul-ulum-tuan-rumah-konfercab-ipnu-ippnu-lamteng

Minggu, 26 Mei 2013

Bagaimana Bentuk Kendaraan Buroq Nabi Saat Isra Miraj?

Duta Islam Nusantara - Tanya Jawab Seputar Isra' Mi'raj oleh Ustadz Ma'ruf Khozin

1. Pada setiap langit yang dipijak, Nabi Muhammad bertemu dengan nabi siapa saja?? Dan apa keistimewaan nabi tersebut sehingga menempati di tiap-tiap langit

Bagaimana Bentuk Kendaraan Buroq Nabi Saat Isra Miraj? - Duta Islam Nusantara
Bagaimana Bentuk Kendaraan Buroq Nabi Saat Isra Miraj? - Duta Islam Nusantara


Bagaimana Bentuk Kendaraan Buroq Nabi Saat Isra Miraj?



Bagaimana Bentuk Kendaraan Buroq Nabi Saat Isra Miraj? - Duta Islam Nusantara
Bagaimana Bentuk Kendaraan Buroq Nabi Saat Isra Miraj? - Duta Islam Nusantara


Bagaimana Bentuk Kendaraan Buroq Nabi Saat Isra Miraj?

Jawaban: Dalam hadis riwayat al-Bukhari dijelaskan: Di langit 1 bertemu Nabi Adam, langit 2 Nabi Isa dan Yahya, langit 3 Nabi Yusuf, langit 4 Nabi Idris, langit 5 Nabi Harun, langit 6 Nabi Musa dan langit 7 ada Nabi Ibrahim.

Hampir tidak ada ulama yang menjelaskan hikmah dari pertemuan para Nabi tersebut. Kecuali al-Suyuthi, diantaranya bertemu Nabi Adam sebagai isyarat diangkat menjadi Nabi pertama. Bertemu Nabi Isa dan Nabi Yahya sebagai isyarat dimusuhi oleh masyarakatnya. Bertemu Nabi Yusuf sebagai isyarat diusir oleh keluarga sendiri (hijrah) dan seterusnya sampai ketemu Nabi Ibrahim sebagai isyarat Rasulullah akan melaksanakan haji wada'. Namun hal ini sebagai analisa ulama saja.

2. Bagaimana sejatinya kita memaknai peristiwa Isra' dan Mi'raj ini?

Jawaban: Karena Isra' dan Mi'raj poin utamanya adalah salat maka makna yang kita ambil adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan salat kita.

فذكر فان الذكرى تنفع المؤمنين Berilah peringatan. Sebab peringatan akan berguna bagi orang orang beriman (al Dzariyat 55)

3. Apakah pada waktu Rasulullah sampai di Arsy, beliau melihat langsung Allah S.W.T?

Jawaban: Pada hadis tentang Mi'raj memang secara teks menunjukkan Rasulullah dapat melihat Allah. Namun syaikh Mustafa Daib al Bigha memberi catatan begini:

(ﺩﻧﺎ اﻟﺠﺒﺎﺭ) ﻫﺬا ﻣﻦ اﻟﻤﺘﺸﺎﺑﻪ اﻟﺬﻱ ﺗﻮﻫﻢ اﻟﺘﺸﺒﻴﻪ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺣﻤﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻇﺎﻫﺮﻩ ﺑﻞ ﻳﺠﺐ ﺗﺄﻭﻳﻠﻪ ﺑﻤﺎ ﻳﻠﻴﻖ ﺑﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻓﻘﻴﻞ ﻫﻮ ﻣﺠﺎﺯ ﻋﻦ ﻗﺮﺑﻪ اﻟﻤﻌﻨﻮﻱ ﻭﺇﻇﻬﺎﺭ ﻣﻨﺰﻟﺘﻪ ﻋﻨﺪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ

"Allah mendekat" hadis ini termasuk Mutasyabih yang mengarahkan seolah Allah sama dengan Makhluk. Maka tidak boleh memaknai secara teks. Tapi wajib mentakwil dengan sesuatu yang layak bagi Allah. Ada pendapat bahwa yang dimaksud adalah dekat secara maknawi (seperti Allah bersama kita). Syarah Hadis al-Bukhari

4. Seperti apa gambaran/asal usul "Bouroq" atau makhluk yang diciptakan Allah untuk mengantar Nabi Muhammad naik ke langit?

Jawaban:

Buraq yang digambarkan dalam hadist:

ﻭﺃﺗﻴﺖ ﺑﺪاﺑﺔ ﺃﺑﻴﺾ، ﺩﻭﻥ اﻟﺒﻐﻞ ﻭﻓﻮﻕ اﻟﺤﻤﺎﺭ: اﻟﺒﺮاﻕ

Didatangkan kepada saya hewan putih, lebih kecil dari bighal dan lebih besar dari keledai (HR al-Bukhari).

Selebih dari penjelasan ini hanya Allah yang tahu. Silahkan share semoga bermanfaat. [Duta Islam Nusantara/ab]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/05/bagaimana-bentuk-kendaraan-buroq-nabi-saat-isra-miraj.html

Minggu, 23 September 2012

Semarak Harlah NU di Cilongok, dari Pawai hingga Lomba Tumpeng

Banyumas, Duta Islam NusantaraPeringatan hari lahir ke-93 Nahdatul Ulama (Harlah NU) di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah berlangsung meriah, akhir pekan kemarin (1/5). Kegiatan diadakan secara bersama-sama antara Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU) Cilongok dan badan otonom NU setempat.

Tak kurang dari 3.000 peserta memadati kompleks Pendapa Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Peringatan harlah NU diawali dengan pawai taaruf dari Lapangan Cilongok menuju Pendapa Kecamatan Cilongok, yang dipimpin langsung oleh Ketua Tanfidziah MWCNU Kecamatan Cilongok Kiai Arif Mufti.

Semarak Harlah NU di Cilongok, dari Pawai hingga Lomba Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)
Semarak Harlah NU di Cilongok, dari Pawai hingga Lomba Tumpeng (Sumber Gambar : Nu Online)


Semarak Harlah NU di Cilongok, dari Pawai hingga Lomba Tumpeng

Rombongan pawai diikuti oleh Paskibraka SMK Maarif NU 1 Cilongok yang membawa bendera merah putih dan panji-panji NU dan badan otonom di bawahnya. Di belakngnya ada pasukan Banser yang berjumlah 99 personel, dan peserta karnaval dari sekolah-sekolah di bawah naungan LP Maarif NU, pengurus dan anggota IPNU-IPPNU, GP Ansor NU, Fatayat NU, dan warga NU se-Kecamatan Cilongok.

Duta Islam Nusantara

"Selama peserta karnaval berjalan dari lapangan sampai pendapa, Ibu-ibu Muslimat membacakan Asmaul Khusna di Pendapa Kecamatan Cilongok untuk menyambut kedatangan peserta karnaval," kata Ketua Pimpinan Anak Cabang Ikatan Pelajar NU (IPNU) Kecamatan Cilongok Ahmad Syarif Hidayah.

Duta Islam Nusantara

Pada kesempatan yang sama, PCNU Kabupaten Banyumas menyerahkan piala dan piagam penghargaan serta uang pembinaan kepada MWCNU Kecamatan Cilongok atas prestasinya sebagai Juara III MWCNU tergiat se-Kabupaten Banyumas. Hadiah diterima langsung oleh Ketua Tanfidziah MWC NU Kecamatan Cilongok.

Lomba Tumpeng

Sebanyak 14 tumpeng diperlombakan di sela-sela peringatan Harlah Bersama MWCNU Kecamatan Cilongok. Tumpeng-tumpeng tersebut kemudian dihidangkan untuk para tamu undangan dan peserta harlah. Peserta lomba merupakan pengurus TK Diponegoro yang notabene sekolah di bawah naungan Yayasan Muslimat NU Kabupaten Banyumas.

Pembina PAC Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Kecamatan Cilongok, Siti Khusnul Bariyah mengatakan, tumpeng dipilih sebagai materi lomba karena tumpeng merupakan salah satu warisan kebudayaan bangsa Indonesia. Tumpeng mengandung makna-makna mendalam yang mengangkat hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan alam dan dengan sesama manusia.

"Demi keselarasan dan kesederhanaan, bahan baku tumpeng nilainya dibatasi maksimal Rp 75.000," katanya.

Adapun pemenang lomba tumpeng kali ini yakni Juara I diraih oleh TK Diponegoro Batuanten dengan perolehan nilai 693, Kemudian Juara II diraih oleh TK Diponegoro 62 Pliken Langgongsari dengan perolehan nilai 654, dan Juara III diraih oleh TK Diponegor 63 Rancamaya dengan perolehan nilai 644. (Sudin/Mahbib)

Timu Juri saat menilai hasil kreasi peserta Lomba Tumpeng

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/67852/semarak-harlah-nu-di-cilongok-dari-pawai-hingga-lomba-tumpeng

Duta Islam Nusantara

Senin, 06 Agustus 2012

Wahabi Mengawal Fatwa MUI, Kiai Diseret ke Lingkaran. Netizen NU: Genosida Ulama Sunni?

Duta Islam Nusantara - Fatwa MUI yang menyatakan Ahok menistakan agama adalah babak politik negeri ini yang sangat pilu. Diakui atau tidak, dalam tragedi fatwa penistaaan Al-Qur'an di Kepulauan Seribu, syarat dengan nuansa politik. Duta Islam Nusantara, pada awal-awal fatwa itu terbit, tidak pernah fokus membahasnya.

Wahabi Mengawal Fatwa MUI, Kiai Diseret ke Lingkaran. Netizen NU: Genosida Ulama Sunni? - Duta Islam Nusantara
Wahabi Mengawal Fatwa MUI, Kiai Diseret ke Lingkaran. Netizen NU: Genosida Ulama Sunni? - Duta Islam Nusantara


Wahabi Mengawal Fatwa MUI, Kiai Diseret ke Lingkaran. Netizen NU: Genosida Ulama Sunni?

Namun, sejak peristiwa pengawalan fatwa menyeret tokoh-tokoh Islam dalam bingkai fitnah, menyulut amarah pecinta kiai, MUI perlu dikritisi sebagai corong bicara bagi mereka yang punya kepentingan politik memenangkan Pilkada DKI Jakarta, terutama ketika GNPF-MUI menyatakan "jihad-pengawalan".

Fatwa MUI yang konon dikawal oleh gerakan pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir itu bahkan sampai pada penggiringan opini, "menentang gerakan mereka adalah bukan Islam". Pendapat itu hampir menjadi gagasan umum di banyak pengguna media sosial. Gara-gara kritik fatwa itu, Gus Mus, Kiai Said, jadi bumbu hinaan sumbu pendek. Terjadi berkali-kali.

Kini, sejak KH Ma'ruf Amin diseret dalam problem lingkaran fatwa yak nah itu, mereka mengeroyok warga NU, memprovokasi agar Banser ikut dalam barisan Bela Ulama, sebuah propaganda gerakan GNPF yang selama ini digunakan untuk membela Habib Rizieq Shihab ketika ia merasa "dikriminalisasi". Begitulah. Fatwa yang tergesa-gesa itu kini bikin gaduh dan mengaduh.

Zain Sujai, salah satu Netizen NU di Jakarta merasa prihatin atas hal itu. Ia mengatakan, di belakang MUI ada sedikitnya tiga pentolan wahabi, yakni Kholil Ridhwan, Bachtiar Nasir dan Zaitun Rasmin. Ketiga orang inilah yang menurutnya gencar melakukan konsolidasi pembai'atan Imam Besar Umat Islam di berbagai daerah pasca aksi 212.

"Ketika mengeluarkan fatwa tidak konsultasi ke PBNU, malah berkoordinasi dengan wahabi, tapi ketika diterpa kasus, PBNU yang kena imbas," katanya, Jumat (03/02/2017). Semakin hari, lanjut Zain, isu bela ulama terus digoreng dan sepertinya nama NU akan dibentang oleh mereka pada aksi-aksi berikutnya.

Karena MUI sudah ditunggangi oleh gembong wahabi di GNPF itulah, para ulama, kiai, dan bahkan santri-santrinya dianggap bermain mata dengan kelompok pendukung salah satu pasangan calon. Citra ulama aswaja makin dikesankan politis, "mungkin mereka ingin melakukan genosida ulama sunni seperti sejarah sebelumnya di Mekah," timpal Ervi, salah satu Netizen NU, di Jakarta juga. [Duta Islam Nusantara]

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/02/wahabi-mengawal-fatwa-mui-kiai-diseret-ke-lingkaran-netizen-nu-genosida-ulama-sunni.html

Jumat, 14 Oktober 2011

Kasebul Fundamentalis di Keraton Mataram Islam Perlu Dijewer

Salam waras sederek sedoyo. Saya berterimakasih kepada semua orang, terutama penganut Islam Jawa atas apresiasinya terhadap tulisan saya sebelumnya, Soal Menebak Sabdaraja Sultan HB X dan J. Kristiadi.

Kasebul Fundamentalis di Keraton Mataram Islam Perlu Dijewer - Duta Islam Nusantara
Kasebul Fundamentalis di Keraton Mataram Islam Perlu Dijewer - Duta Islam Nusantara


Kasebul Fundamentalis di Keraton Mataram Islam Perlu Dijewer

Dalam tulisan saya itu, saya telah menyebutkan bahwa pertarungan kultural di dalam kraton Mataram, terjadi antara para fundamentalis Kasebul dan kalangan muslim Jawa. Kalangan muslim Jawa semakin terdesak, dan sebagian yang tidak kuat, kemudian beralih haluan. Keterdesakan ini dipicu oleh Fundmentalis Kasebul, yang kuat baik dari sudut dana ataupun cantelan kekuasaan yang bermain secara kasar, yaitu di sekitar permaisuri Kraton.

Merespon fenomena itu, dan masih berkaitan dengan Sabdaraja itu, beberapa waktu lalu, tepatnya hari Minggu (17 Mei 2015), di tugu Golong Gilik Jogjakarta, kembali JNM (Jamaah Nahdliyin Mataram) menggelar acara. Kali ini bertajuk Ruwatan Bumi Mataram dan Mendoakan Sri Sultan Hamengku Buwono X (bukan Bawono).

Dalam pernyataannya, pada item 3, JNM menjelaskan: Mengajak secara baik-baik kepada kelompok jaringan tertentu yang ingin menjadikan mataram Islam-Jawa diubah fondasinya sebagai Mataram yang bukan Islam-Jawa, untuk segera kembali ke jalan yang benar sesuai dengan dunia batin dan sejarah kraton Mataram; untuk segera menempuh jalan berbudi dengan tidak mengkhianati persahabatan; dan untuk segera bersama kembali menjaga keharmonisan yang telah terjalin baik selama ini.

Dengan tepat JNM mampu mengendus kekuatan yang ada di Kraton. Tentu JNM memiliki informasi yang cukup untuk sampai pada kesimpulan demikian. Ini cocok dengan apa yang telah saya tulis dalam Menebak Sabda Raja Sultan Hamengku Buwono X dan J. Kristiadi. Hanya JNM tidak secara eksplisit menyebutkan siapa kelompok itu.

Merujuk tulisan saya sebelumnya, dan informasi yang saya terima dari para desertir Kasebul, kelompok itu adalah para fundamentalis Kasebul di kalangan Katholik. Mereka ini berkepentingan hilangnya Keraton Mataram yang bersandarkan pada Islam Jawa, yang hal ini sebenarnya tidak disetujui oleh para intelektual Katholik lain yang baik.

Fenomena ini juga belum diungkap dalam tulisan Ninoy Karundaeng, yang menganalisis Sabdaraja, dalam tulisan Sabda HB X Akhiri Mataram., dawuh Allah dan ambisi GKR Hemas (Kompasiana.com, 9 Mei 2015).

Meski begitu, Ninoy dengan telak menyebutkan ambisi kekuasaan Tatik Drajad (adalah nama permaisuri sebelum bergelar GKR Hemas) yang memang sangat kuat, yang mensyaratkan menjadi permaisuri kraton ketika menjadi istri Sultan itu, bisa menjembatani untuk melihat terhapusnya Mataram Islam ini.

Lingkaran fundamentalis Kasebul yang bersandarkan pada sang permaisuri inilah yang menjadi kelompok kepentingan kuat, terutama dari segi dana. Lingkaran ini, dengan tidak malu-malu, dapat dibaca misalnya dalam diskusi (13/5/2015) di gedung Dewan DPD Jakarta.

Jaringan ini, lewat J. Kristiadi yang juga menjadi salah satu rujukan pembicara di situ; ditambah Paulus Yohanes Sumino, menjadi pengartikulasi dari kelompok ini. Bahkan Paulus Yohanes Sumino mengkritik dengan keras mereka yang ingin menjelaskan Sabdaraja dan tidak mau menerimanya, dan dia menyumpahinya: Kalau begitu bisa kualat nanti (m.suara.com., 13 Mei 2015).

Sungguh aneh, sebuah Mataram Islam, ketika didiskusikan di DPD tidak ada representasi dari kalangan muslim Jawa. Itu saja sudah menjelaskan kuatnya arus ini dan kekasarannya dalam bermain. Mestinya, permainan dari kalangan fundamentalis Kasebul ini tidak vulgar begini, karena ini benar-benar melukai kalangan muslim Jawa yang toleran, dan khususnya menjadi penyangga bumi alas Mentaok.

Tampaknya mereka ini sudah kesurupan setan, sehingga bermimpi bahwa dalam jangka panjang antara 50-100 tahun Jawa sudah bisa menjadi Katholik dengan cara inkulturasi, yang keyakinan itu juga dipicu oleh kuatnya basis kultural di gunung gunung dan perbukitan di sekitar bumi Mataram. Mereka dalam jangka itu ingin dikenal para pahlawan Katholik Jawa.

Di tengah eksistensi Kraton Mataram di alam demokrasi dan berintergrasi dengan Republik, mudah sekali untuk menjelaskan bahwa cara-cara fundmentalis Kasebul ini sangat vulgar dan kasar. Andai Kraton Yogyakarta masih memiliki persenjataan lengkap, seperti jaman dulu, fantasi mereka untuk menghapus Kraton Mataram Islam yang berbasis Islam Jawa ini, mungkin akan dibarengi dengan pertumpahan darah. Tetapi mereka menyadari situasi zaman sekarang berubah dan kraton tidak memiliki penopang itu. Dan yang penting, bagaimana mengambil simbol Mataram Islam dari tangan muslim Jawa.

Peperangan ini bagi mereka telah menang manakala simbolnya berhasil direbut dengan penghapusan Kraton Mataram. Akan tetapi, justru di sinilah letak blundernya para fundamentalis Kasebul itu. Mereka mengira kalau sudah melakukan hal itu pasti akan menang, apalagi dengan mendapat cantelan kekuasaan yang kuat lewat permaisuri.

Dunia Jawa Islam tidak sesederhana itu. Apalagi mereka benar-benar ditantang oleh JNM (Jamaah Nahdliyin Mataran), yang menyebut mereka mengkhinati persahabatan, memanfaatkan ide-ide toleransi secara baik, tetapi menusuk dan membegal dari belakang.

Informasi yang saya terima dari informan di JNM, bahwa sejak kasus ini, mereka akan mulai mundur selangkah. Tidak akan lagi bersifat aktif dalam kerjasama dangan mereka. Ini juga tergantung bagaimana kalangan Katholik yang baik dan bukan bagian dari Kasebul merehabilitasi ini. Silahkan mereka berhadapan sendiri dengan kelompok garis keras Islam di berbagai front.

Orang-orang JNM membedakan antara toleransi sebagai kejujuran yang harus diperjuangkan, dan toleransi yang dimanfaatkan Fundamentalis Kasebul ini untuk tujuan politik-ekonomi jangka panjang. Dan, yang terakhir ini, bagi JNM membahayakan keseimbangan sosial. Kalau ini dibiarkan, tentu peringatan yang diberikan dalam statemen-statemen JNM, tidak bisa dianggap remeh. Apalagi jelas, JNM tidak ikut campur soal pertarungan suksesi Kraton, dan JNM sendiri mempersilahkan: Sultannya bisa laki-laki atau perempuan.

JNM juga tidak menjadi bagian dari adik-adik Sultan, dan karenanya JNM tidak satu garis dengan KH. Abdul Muhaimin dan kelompok muslim yang berada di blok adik-adik Sultan yang berurusan dengan suksesi.

Hanya saja, satu hal, kalipatullah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari dunia Jawa Islam, jangan dihilangkan. Dan ini telah dihapuskan, yang oleh JNM telah digali informasinya, ada kelompok kekuatan tertentu di belakangnya. Siapakah mereka yang dianggap sebagai para fundamentalis Kasebul, yang secara vulgar bermain politik di kraton ini, dan memperoleh cantelah dengan permasiuri yang kuat ini?

Infromasi yang saya peroleh dari para desertir Kasebul dan para aktivis pegiat toleransi di Yogyakarta, menyebutkan suatu yang gamblang. Mereka ini ternyata ada di dalam lingkaran Methodius Kusumahadi (yang biasa disebut dengan Pak Met), dengan penasehat-pnasehat spiritualnya dari Katholik Kasebul, seperti Romo T, yang bersimbisosis dengan para Kasebul di Jakarta dan lingkaran di Jogja-Jateng. Mereka ini yang mengorganisir dan memiliki dana kuat, yang sangat berpengaruh dan dekat dengan permaisuri.

Jadi, tidak semua orang Katholik ada di lingkaran ini, karena di kalangan Katholik juga ada orang-orang yang baik, dan ini bagi saya clear. Oleh karena itu, fenomena ini mestilah menyadarkan orang-orang Katholik yang baik, agar menjewer sekeras-kerasnya kepada lingkaran Fundamentalis Kasebul ini. Agar masa depan dan harmoni yang selama ini terjalin di antara orang Katholik dan Muslim Jawa tidak mengalami keretakan.

Kalau mereka tidak mau menjewer sekaras-kerasnya, akan dapat disalahartikan dan ini tidak baik dalam kerjasama yang selama ini telah terjalin, dan dalam hal ini kelihatannya JNM (yang setau saya di belakangnya ada ormas terbesar di Indonesia, yaitu NU) tidak akan tinggal diam dan main-main dengan ancamannya.

Walhamdulillah. Mugi Gusti Allah paring ridho lan kekiyatan. Wassalamungalaikum.

(Tulisan ini dikirim lewat kurir ke redaksi Duta Islam Nusantara)

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/06/kasebul-fundamentalis-di-keraton-mataram-islam-perlu-dijewer.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Duta Islam Nusantara sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Duta Islam Nusantara. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Duta Islam Nusantara dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock