Tampilkan postingan dengan label Khotbah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Khotbah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 19 Februari 2017

Setelah Ketemu Anies, Habib Rizieq Kena Fitnah Hot, Kiai Maruf Diseret-Seret, Konspirasi?

Duta Islam Nusantara - Jauh sebelum Ahok Basuki ceroboh membahas Al-Maidah 51 dalam sosialisasi budaya dan koperasi di Kepulauan Seribu pada 6 Oktober 2016, tokoh wahabi yang berada di Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti Bachtiar Nasir (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI, Pemimpin Al-Quran Learning Center), Zaitun Rasmin (Wakil Sekjend MUI, Wahdah Islamiyah), Farid Okbah, Fadlan Garamatan dan lain-lain, sudah mengunjungi pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, 27 September 2016.

Setelah Ketemu Anies, Habib Rizieq Kena Fitnah Hot, Kiai Maruf Diseret-Seret, Konspirasi?
Setelah Ketemu Anies, Habib Rizieq Kena Fitnah Hot, Kiai Maruf Diseret-Seret, Konspirasi?


Anies Baswedan adalah tokoh yang pernah dituduh oleh kalangan Islam garis keras sebagai intelektual syiah. Waktu menjabat Mendikbud, oleh media radikal, Anies juga dituduh akan menghancurkan Islam melalui penyusupan kurikulum liberal ke sekolah-sekolah. Ia juga pernah disebut kelompok radikal Islam sebagai menteri liberal (JIL) ketika isu penghapusan aktivitas berdo'a di sekolah terhembus.

Namun asyiknya, ketika Anies diusung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), berpasangan dengan Sandiaga Uno, yang dideklarasikan secara resmi di Roemah Joeang, Jakarta Selatan pada 26 September 2016, ia mendadak disayang oleh tokoh wahabi macam Bachtiar Nasir dan Zaitun Rasmin. Lihat foto yang didapatkan Duta Islam Nusantara ini, siapa saja yang bareng selfie bersama Anies-Sandi?

Foto ini menyebar ke media sosial sejak 27 September 2016 (Foto 1) Ketika media afiliate PKS macam islamedia.com mengklaim foto di atas sebagai dukungan "tokoh Islam" ke Anies-Sandi, buru-buru Farid Okbah membantahnya. Sebagaimana berita yang ditulis situs risalah.tv dengan judul "Klaim Dukungan Ulama ke Anies Ternyata Hoax", Farid Okbah melalui Maulana Yusuf menyatakan kalau foto selfie (Foto 1) di atas hanya silaturrahim biasa yang dilakukan oleh "tokoh Islam" untuk tabayun kalau Anies bukan Syiah dan bukan JIL. Apalagi pendukung kesesatan.

Sampai di sini, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF)-MUI belum lahir. Tokoh-tokoh dalam foto di atas (Foto 1), masih kelihatan dekat dan hangat dengan Anies-Sandi walau mengklaim tidak mendukung.

Pada 7 Oktober 2016 pukul 10 pagi, sehari setelah Ahok menyebut-nyebut Al-Maidah 51 di Kepulaun Seribu, pasangan Agus-Sylviana sowan kepada KH Ma'ruf Amin. "Secara kelembagaan kita tidak bisa dukung karena ada tata krama. Tapi saya yakin warga NU akan dukung calon yang paling banyak samanya, misal agamanya sama, warna agamanya, marhabnya sama. Penampilannya santun tidak keras, tidak galak. Saya lihat saya yakin yang paling banyak samanya Pak Agus dan Bu Sylvi. Jadi saya yakin orang NU akan dukung calon yang paling banyak samanya," ujar Kiai Ma'ruf di Kantor PBNU, sebagaimana dilansir Duta Islam Nusantara dari merdeka.com, (Jumat, 07/10/2016).

Kata Agus, tujuan dia ke PBNU saat itu adalah untuk meminta petuah senior dan restu mengarungi Pilkada DKI 2017. Sore hari, SBY dan Setyardi (Pemimpin Redaksi Obor Rakyat) mengadakan rapat di Cikeas bersama putranya, Agus dkk. Ini foto pertemuan itu, diupload oleh Setyardi juga melalui akun media sosialnya.

SBY, Ani, Agus rapat di Cikeas, 7 Oktober 2016 (Foto 2) Polemik Ahok yang ceroboh karena mengucap "…Dibohongi pakai surat Almaidah 51….", langsung direspon media dan masyarakat luas. Merasa perlu menenangkan, tidak butuh waktu lama, pada Selasa, 11 Oktober 2016, MUI akhirnya mengeluarkan fatwa secara resmi terkait kasus dugaan penistaan agama Ahok.

Dalam fatwa tersebut, MUI menyatakan Ahok telah menistakan agama. Menurut MUI, menyatakan kandungan surat Al-Maidah ayat 51 yang berisi larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah sebuah kebohongan, hukumnya haram dan termasuk penodaan terhadap Al-Quran.

Wakil Sekjen MUI Najamuddin Ramly mengklaim kalau lembaganya tidak perlu tabayun karena Ahok pasti tidak akan mengakui, "kami tidak memerlukan Ahok untuk memberikan konfirmasi karena pasti ngeles," ujarnya, Selasa (08/11/2016). Sumber informasi ini dilansir Duta Islam Nusantara dari Detikcom.

Butuh berapa jam fatwa itu keluar setelah peristiwa sowan Agus-Sylviana itu? Hanya selisih 3 x 24 jam lebih sedikit. Sowannya hari Jumat, Selasa, keluarlah fatwa. Uniknya, fatwa diresmikan ke publik tanpa tabayun. Banyak pihak menduga, ada unsur di luar desakan masyarakat atas munculnya fatwa tersebut.

Setelah fatwa MUI itu menyeruak ke media, tiga hari kemudian, yakni Jumat, 14 Oktober 2016, ratusan ribu massa menggelar Aksi Bela Islam (ABI) I menuntut Ahok dipenjara karena dianggap melecehkan Islam dan Al-Qur'an. Aksi itu, katanya, adalah respon atas lemahnya penegak hukum yang tidak mau mengambil langkah cepat ke Ahok pasca MUI menetapkan fatwa.

Sampai di sini, Anies-Sandi sudah tidak terlihat menempel dengan tokoh-tokoh Islam yang menjadi penggerak ABI I, sebagaimana nampak di Foto 1 editorial ini, hingga muncullah GNPF-MUI sebagai konsolidasi gerakan mendukung dan mengawal fatwa MUI soal penistaan agama oleh Ahok.

Tercatat, GNPF-MUI pernah mengadakan konsolidasi sekaligus lauching kepengurusan gerakan pada 1 November 2016 di Hotel Syahid, Jakarta. Pada saat itu, sebagaimana ditulis jpnn.com, Rachmawati Soekarnoputri, Ratna Sarumpaet, para pimpinan Ormas hingga Ahmad Dhani ikut hadir sebagai peserta.

Ahmad Dani ikut rapat (Foto 2A) Sejarahnya, sebelum dinamai GNPF, gerakan pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dan Zaitun Rasmin tersebut bernama Gerakan Bela Islam. Jadi, GNPF katanya adalah metamorfosis Aksi Bela Islam yang digelar UBN pada 14 Oktober 2016.

GNPF inilah yang dijadikan alat untuk menggelar aksi lanjutan, dinamai Aksi Bela Islam II. Dananya tidak main-main, 100 miliar. Data ini tercatat di wartakota.tribunews.com, yang diposting 2 November 2016. Rencana aksi susulan inilah yang membuat beberapa kalangan mulai was-was karena gerakan menuntut Ahok dipenjara sudah menyebar ke daerah dengan balutan isu sensitif, yakni agama dan etnis.

Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan untuk menghadapi Aksi Bela Islam II itu, Polri menurunkan 5000 Brimob ke daerah-daerah di seluruh NKRI. Wakil Komandan Korps Brimob Polri Brigjen Polisi Anang Revandoko menerbitkan Nota Dinas Nomor: B/ND-35/X/2016/Korbrimob tertanggal 28 Oktober 2016. Mengantisipasi perkembangan Kamtibmas di seluruh wilayah NKRI, dinyatakan Siaga I.

Antisipasi Polisi itu tidak berlebihan dan memang perlu mengingat isu berbau SARA sudah mulai menyeruak dipermainkan sang aktor dalam aksi edisi ke-2 ini. Aksi yang digelar siang hari dengan arak-arakan dari Masjid Istiqlal ke Istana itu dipoles dengan istilah "Jihad Konstitusi" oleh ormas yang mendukung acara. Megilan tenan!

Front Pembela Islam (FPI), ormas yang sejak dulu bersebarangan dengan Ahok pun sudah mulai teriak lantang. Pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab (HRS), yang jadi panitia penyelenggara, sudah mulai menggelontorkan isu "berdoa untuk kemenangan umat Islam" hingga menghimbau kepada peserta aksi untuk membuat "wasiat untuk keluarga". Seperti hendak berperang, bukan?

Untuk menggalang massa, media sosial pun digunakan secara massif. Dalam akun Twitter, Habib Rizieq dari FPI bahkan menganjurkan perusahaan, kantor, dan sekolah untuk diliburkan agar pegawai dan pelajar ikut aksi. Masyaallah. Dalam unjuk rasa sebelumnya, sejumlah anak-anak di bawah umur tampak dikerahkan dalam unjuk rasa dan ikut membentangkan spanduk. (sumber).

Media wahabi seperti jurnalmuslim.com juga sudah mulai menggoreng isu. Foto hoax Ahok yang tertawa dalam sebuah nobar pun digoreng dengan catatan yang diambil narasumber beritanya begini: Tom mendesak Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk memenuhi janjinya akan menuntaskan kasus Ahok dalam dua minggu. "Kapolri jangan berkelit, kalau tidak ingin seluruh negeri makin gaduh," ujar Tom.

Muncul pula berita HRS mengeluarkan 12 seruan, seperti dimuat di pojoksatu.id. Ratusan ribu umat Islam dari pelbagai daerah yang terprovokasi seruan HRS dan tokoh lain, berbondong-bondong datang ke Jakarta melebur dalam aksi yang disebut sebagai "Bela Islam".

Aksi Bela Islam (Foto 3) Berita-berita di situs wahabi pun membuat isu yang kontra produktif. "Silahkan kalian mencibir kami yang penuh tato. Silahkan kalian rendahkan kami dijalan. IMAN UNTUK MEMBELA AGAMA, KAMI LEBIH KUAT. Kami masih lebih mulia dari Nusron, Syafi’i Maarif, dan para munafiqin pembela ahok," begitu tulis voa-islam.com ketika melaporkan peserta Aksi Bela Islam II ada dari anak punk bertato. Ada tuduhan munafiqin dan isu "lebih mulia". Hmmm. Gorengan provokasi khas media wahabi.

Aksi yang diklaim menyatukan umat Islam itu berlanjut terus hingga digelar aksi lanjutan 2 Desember 2016. Disebut Aksi Bela Islam III. Jutaan umat Islam ikut datang ke Jakarta, melebur bersama. Media banyak memberitakan, artis-artis dan tokoh Islam selebriti macam Yusuf Mansur, Aa Gym, Arifin Ilham dan lainnya, ikut larut dalam aksi ini. Salah satunya termuat di needanews.com.

Foto-foto Aksi Bela Islam I, II maupun III, mudah didapatkan di media-media lainnya. Namun, tidak ditemukan sama sekali foto Agus Yudhoyono ikut aksi. Bahkan, dalam sorotan media teropongsenayan.com (29/10/2017), Agus terkesan mendukung ketika berbicara normatif kalau demo adalah hak warga negara. Sementara Anies Baswedan, entah kemana. Duta Islam Nusantara tidak menemukan komentar Anies dalam aksi-aksi bela islam tersebut.

Pasca Aksi Bela Islam III yang tensi politiknya kian naik hingga ada geger tentang boikot sari roti, anti Cina, anti Kristen, kebangkitan PKI, hingga penangkapan tokoh-tokoh yang dianggap makar, Anies masih diam.

Anies kemudian tiba-tiba saja muncul bersama HRS pada Ahad, 1 Januari 2017 ketika diundang dalam forum diskusi FPI bertema 'Mengenal Ideologi Trans-Nasional di Era Globalisasi: Pengaruhnya terhadap Ahlussunnah wal Jamaah dan NKRI', yang dibawakan oleh dua pemakalah yaitu Prof. Dr. Mohammad Baharun dan Dr. Abdul Chair Ramadhan, dengan Dr. Hidayat Nur Wahid (HNW).

Anies Baswedan di Forum Diskusi FPI, Ahad (01/01/2017)

(Foto 4) "Nah Pak Anies ini kerap mendapatkan fitnah, lengkap sudah. Maka dari itu kami berikan kesempatan pada beliau untuk menjawab," ucap Habieb Rizieq di depan ratusan jamaah yang menghadiri diskusi di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (01/01/2017). Berita pertemuan Anies dengan HRS sempat diberitakan oleh Detikcom dan Kompascom, ini link berita tersebutnya:

Detik.com: https://news.detik.com/berita/d-3385675/temui-habib-rizieq-anies-baswedan-bantah-berbagai-fitnah

Kompas.com: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/03/09330091/kontroversi.pertemuan.anies.dan.rizieq.shihab

Ada yang menyebut, pertemuan Anies dan HRS bersama HNW adalah bentuk pemindahan pilihan kelompok GNPF, -yang sudah mendapatkan dana ratusan milyar,- kepada Anies-Sandi yang dianggap lebih mewakili kelompok Islam daripada Agus-Sylvi.

Persekutuan antara wahabi GNPF, wahabi MUI, dan FPI mulai pecah. Namun isu persatuan Islam masih terus harus dipertahankan. Anies yang berdiam sikap atas aksi Bela Islam, tidak jelas kontribusinya atas GNPF, akhirnya dapat undangan (dukungan) FPI. Ini seperti mendapatkan anugerah suara tiba-tiba. Pada saat yang sama, sikap gembong wahabi di GNPF masih belum jelas ke Agus-Sylvi.

Setelah itu, tiba-tiba saja, berita percakapan HRS dengan Firza Husen menghebohkan publik. Massa NU yang selama ini tenang, tidak ikut memihak sebelah, seakan-akan juga ikut terseret setelah KH Ma'ruf Amin disebut dilecehkan oleh Ahok dalam persidangan. Walau akhirnya ia minta maaf, dan Kiai Ma'ruf memaafkan, kemana limpahan suara politik warga nahdliyyin akan terbawa? Apakah orang-orang di Foto 1 dalam editorial ini kembali ke haribaan Anies-Sandi, seperti sebelum GNPF terbentuk?

Lalu, dimana GNPF saat HRS difitnah? Bukanlah selama ini UBN runtang-runtung pasca aksi 411 dan 212. Ketika banyak orang ramai-ramai mengasuskan HRS, ia seakan berjuang sendiri. Jelang aksi lanjutan 11 Februari 2017 ini pun, HRS, UBN beserta Munarman pun akan diperiksa polisi terkait kasus makar Sri Bintang Pamungkas.

Mau lanjut aksi atau pilih salah satu? Putaran kedua lebih seru tidak yah? Begitu tanya Anonimus di dunia entah sono kepada kita. Sebagai pengingat, simaklah Pidato Bung Karno di bawah ini! [Duta Islam Nusantara]

PIDATO BUNG KARNO.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air

Kalau jadi Hindu, Jangan jadi orang India

Kalau jadi Islam, Jangan jadi orang Arab

Kalau jadi Kristen, Jangan jadi orang Yahudi

Tetaplah jadi orang Nusantara, dengan adat dan budaya Nusantara yang kaya raya ini.

Ingatlah saudara-saudara, musuh yang terberat itu adalah rakyat sendiri, Rakyat yang mabuk akan budaya luar yang kecanduan agama, yang rela membunuh Bangsa sendiri demi menegakkan budaya Asing, jangan mau diperbudak oleh semua itu.

Tetaplah bersatu padu membangun negeri ini tanpa pertumpahan darah.

Hai Anakku, simpan segala yang kau tau, jangan ceritakan berita sakitku kepada Rakyat, biarkan aku menjadi korban asal Indonesia tetap bersatu, ini aku lakukan demi kesatuan, persatuan dan keutuhan Bangsa jadikan deritaku sebagai saksi bahwa kekuasaan Presiden sekakipun ada batasnya, karena kekuasaan dan kekuatan langsung ada di tangan rakyat, dan diatas segala-galanya adalah kekuasaan Tuhan yang Maha Esa. Merdeka!!!

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/02/setelah-ketemu-anies-habib-rizieq-kena-fitnah-hot-kiai-maruf-diseret-seret-konspirasi.html

Sabtu, 18 Februari 2017

Apakah yang Membuat Indomie Goreng Itu Masuk Surga Kiai?

Duta Islam Nusantara - Seusai menjalankan salat Tahajud, seorang kiai mendadak ingin keluar dari langgar, mencari udara segar. Di depan langgar, dia melihat salah satu santrinya sedang merokok dengan muka yang tampak serius memikirkan sesuatu.

Apakah yang Membuat Indomie Goreng Itu Masuk Surga Kiai?
Apakah yang Membuat Indomie Goreng Itu Masuk Surga Kiai?


“Apa yang sedang kamu pikirkan, Nak?”

Si Santri njenggirat kaget hingga rokoknya terjatuh. “Nggak, Pak Yai… Hanya memikirkan hal yang tidak terlalu penting.” ujarnya sambil mengambil rokoknya dari tanah.

“Kalau aku boleh tahu, hal apakah itu?”

Si Santri diam sejenak, lalu membuka suara. “a nu, Pak Yai… Apakah kira-kira orang yang membuat Indomie goreng itu masuk surga atau tidak ya?”

“Lha memang kenapa?”

“Bayangkan, Pak Yai… Dengan harga yang cukup murah, Indomie goreng memberi kenikmatan luar biasa. Santri-santri yang habis mengaji, bisa mengisi perut mereka, menikmati lezatnya Indomie goreng. Mahasiswa-mahasiswa yang duitnya menipis, seusai mengerjakan tugas, bisa bergembira dengan cara yang sederhana: makan Indomie goreng. Orang-orang yang usai bermunajat dan berzikir di tengah malam, bisa makin menikmati karunia Allah dengan cara yang tak rumit: cukup pergi ke dapur, 10 menit kemudian sudah bisa menghadap seporsi Indomie goreng. Banyak orang yang sedih menjadi gembira dengan tidak mengeluarkan banyak biaya. Indomie goreng dinikmati oleh semua kalangan, baik para orang kaya sampai orang tak berpunya, dari para pejabat sampai rakyat jelata. Perut mereka kenyang, hati pun gembira. Bukankah itu mulia, Pak Yai?” (Baca juga: Akibat Durhaka Kepada Kiai, Santri Ini Tak Punya Taji)

Sang Kiai diam. Dia lalu duduk di samping santri kinasihnya itu.

“Apakah para pencipta kegembiraan-kegembiraan kecil semacam itu, bisa masuk surga, Pak Yai?”

“Pertanyaanmu terlalu berat, Nak. Surga itu hak Tuhan. Jangan turut campur soal itu…” jawab Sang Kiai sambil menghirup nafas panjang. Wajahnya memandang langit yang agak mendung. Udara malam menjelang pagi kali ini begitu segar dengan angin yang sembribit. Suasana tintrim.

“Mohon maaf, Pak Yai. Seperti yang sejak awal saya matur, saya hanya sedang memikirkan hal yang tidak penting. Hanya pikiran melantur…”

“Tidak baik punya pikiran melantur. Pikiran yang terlalu banyak melantur itu menyiakan dua karunia Gusti Allah yang sangat penting: pikiran itu sendiri, dan waktu.”

“Inggih, Pak Yai. Mohon maaf…”

“Jangan meminta maaf kepadaku…”

“Inggih, Pak Yai…”

“Gunakanlah waktumu untuk beraktivitas yang nyata…”

“Baik, Pak Yai…” Si Santri itu lalu bangkit, menyalami kiainya. Tapi Sang Kiai segera bertanya, “Lho, kamu mau ke mana?”

“Menggunakan waktu sebaik mungkin, Pak Yai.”

“Mau melakukan apa?”

“Melakukan hal nyata, Pak Yai. Mungkin membaca kitab. Atau mungkin berzikir…”

“Itu nanti saja sehabis salat Subuh…”

Si Santri kikuk. Agak bingung. Kepalanya menunduk. Sepasang tangannya berusaha membetulkan sarungnya agar tidak melotrok.

“Kamu masih punya stok Indomie goreng?”

Ditanya seperti itu, Si Santri agak grogi. “Mmm… masih, Pak Yai. Masih banyak. Ukuran biasa ada. Ukuran jumbo juga ada.”

“Kalau kamu berkenan, bolehlah kamu bikinkan aku Indomie goreng.”

Wajah Si Santri tampak terkejut tapi sekaligus sumringah. “Tentu saja akan saya buatkan, Pak Yai!”

Lalu Santri itu menyat hendak pergi bergegas.

“Eh, tunggu dulu…”

“Ya, Pak Yai…”

“Punya telor?”

“Punya, Pak Yai! Masih ada kalau cuma 5 butir.”

“Jangan banyak-banyak, dua butir saja. Satu diceplok, satu lagi didadar.”

“Baik, Pak Yai!”

“O ya, kasih irisan cabe ya…”

“Sendika dhawuh, Pak Yai. Pedas, Pak Yai?”

Sang Kiai menganggukkan kepala, lalu dia berkata, “O ya, jangan lupa Indomie gorengnya dobel ya…”

“Indomie jumbo dobel, Pak Yai?”

“Tidak usah. Terlalu kenyang dan berlebihan itu tidak baik. Cukup yang ukuran biasa saja tapi dobel.”

“Siap, Pak Yai!”

“Dan jangan lupa, minta udud-mu satu. Untuk kuisap nanti sehabis makan Indomie. Kebetulan udud-ku habis.”

“Pasti, Pak Yai.” Segera Santri itu berkelebat pergi ke dapur pesantren dengan hati yang gembira sekaligus berpikir keras. Sudah hampir 5 tahun dia nyantri di pesantren kecil ini, belum pernah sekali pun dia mendapatkan kehormatan. [Duta Islam Nusantara]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/apakah-yang-membuat-indomie-goreng-itu-masuk-surga-kiai.html

Selasa, 01 April 2014

Cara Maki-Maki ke Gus Mus Sesuai Saran Beliau

Duta Islam Nusantara - Setelah dibully oleh netizen akibat ulahnya menghina KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Pandu Wijaya (Probolinggo) bersama dua orang lainnya, yakni Bahtiar (Pemuda asal Tegal) dan Hasan Albetas, sowan ke rumah beliau di Leteh Rambang, Jumat (25/11/2016) sore.

Cara Maki-Maki ke Gus Mus Sesuai Saran Beliau
Cara Maki-Maki ke Gus Mus Sesuai Saran Beliau


Ini berita penghinaan Pandu Wijaya: Menghina Gus Mus "Bid'ah Ndasmu", Karyawan Adhi Karya Ini Diburu!

Dalam sehari, Gus Mus menerima tamu yang telah menghinanya. Ya, ketiga nama di atas tercatat pernah melakukan penghinaan kepada Gus Mus di media sosial. Jika Pandu Wijaya menghina secara kasar menggunakan bahasa Jawa, "Bid'ah Ndasmu", maka Hasan Albetas menyebut "Mukamu aja bidah mus" dalam akun Facebooknya. Ini cepretan status Hasan Albetas:

Status Hasan Albetas yang menhina Gus Mus

Begitu juga dengan Bahtiar Prasojo. Anak Tegal ini datang sowan ke Leteh karena mengaku salah telah menghina Gus Mus, tokoh sangat dihormati warga NU seluruh dunia. Dalam akunnya, ia menyebut kasar Gus Mus sebagai orang yang tidak layak disebut kiai dan gus. Ini status kasarnya.

Status Bahtiar Prasojo yang menghina Gus Mus Setelah sowan, Bahtiar membuat status di akun Facebooknya Bahtiar Prasojo yang berisi pesan dari Gus Mus. Nasihat yang diucapkan Gus Mus kepada dirinya adalah: 1). "Janganlah menjadi orang yang jika senang, terlalu senang, dan jika benci, terlalu benci. Nanti Anda tidak bisa berbuat adil," 2) "Jangan menghakimi dan memvonis seseorang sebelum mengenalnya."

Kendati Gus Mus sendiri tidak ingin menuntut apa-apa dari Pandu, Bahtiar dan Hasan Albetas, bahkan menganggap tidak ada yang perlu dimaafkan, Pandu dkk. tetap datang sowan untuk meminta maaf. Bagi Gus Mus, kesalahan Pandu dkk. mungkin hanyalah menggunakan "bahasa khusus" yang digunakan di tempat umum. Ini tweet Gus Mus:

Tweet Gus Mus memaafkan Pandu Wijaya Ning Iyah, salah putri Gus Mus, menceritakan ketika abahnya ndawuhi (memberikan nasihat) kepada tamu-tamu itu. Ini dawuh Gus Mus ke mereka, "nomerku catet yo.. awakmu nek arep muring2 apa meh misuhi aku kari wa.. dadi wong2 gak ana sing reti/ nomorku catat ya, kalau kamu ingin ngamuk-ngamuk apalagi menghardik, tinggal WA saja aku, jadi orang-orang tidak ada yang tahu," tulis Ning Iyah dalam WA menirukan perkataan abahnya, sekitar pukul 5. 24 PM (25/11/2016).

Melihat Abahnya yang tabah ke penghinanya itu, Ning Iyah hanya mengucap, "ya Allah.....Abah". Sepertinya, Ning Iyah sedang melihat Abahnya sedang memberikan teladan baik kepada siapa pun.

Bukan hanya itu, Gus Mus juga bersedia foto selfie bersama Pandu Wijaya dan kawan-kawan yang telah menghinanya. Foto-foto ini didapatkan Duta Islam Nusantara dari beberapa group santri yang beredar serta dari akun Facebook M Dhofarul Muttaqqiin. [Duta Islam Nusantara/ab]

Sedeku: Pandu Wijaya (kiri) sedang mendengarkan dawuh Gus Mus

Minta Maaf: Bahtiar (dua dari kiri) sowan ke Gus Mus Dari kiri: Pandu Wijaya, Gus Mus dan Hasan Albetas

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/11/ini-cara-maki-maki-ke-gus-mus-sesuai-saran-beliau.html

Jumat, 03 Januari 2014

Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat

Jakarta Barat, Duta Islam Nusantara. Sejumlah pelajar NU Kebon Jeruk, Jakarta Barat berkeliling menggunakan sepeda sambil mengibarkan bendera IPNU di kawasan Kebon Jeruk, Selasa (8/4). Dengan keliling itu, mereka menunjukkan semangat peduli lingkungan dan kesehatan jasmani-rohani kepada kalangan pelajar.

Program ini menjadi agenda rutin mingguan yang sudah berjalan tiga bulan belakangan.

Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)


Pelajar NU Kebon Jeruk Bersepeda Sehat

Ketua PAC IPNU Kebon Jeruk Fajrul Rahmi mengatakan, program ini membawa banyak dampak positif. Kami, kata Fajrul, juga bermaksud mengurangi polusi udara dengan kampanye bersepeda ini selain mengurangi kemacetan di Jakarta.

Selain jasmani sehat, rohani pun menjadi sehat karena aktifitas ini dijalani dengan senang hati di samping menjaga hubungan kekeluargaan dan kekompakan di antara kami, terang Fajrul.

Duta Islam Nusantara

Duta Islam Nusantara

Ketua bidang kesenian dan olahraga IPNU Kebon Jeruk Andre menaruh harapan agar pemuda-pemuda Indonesia menjadi pemuda yang sadar kesehatan untuk diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Pemuda Indonesia juga harus bersih dari narkoba, tandas Andre. (Yudhi Permana/Alhafiz K)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/51311/pelajar-nu-kebon-jeruk-bersepeda-sehat

Jumat, 05 Juli 2013

KH Maimoen Zubair: Baru 4 Tahun Berdiri, NU Berani Ngeluruk ke Sarang Komunis

Duta Islam Nusantara - Momentum pelaksanaan silaturahim bertajuk "Ngumpulke Balung Pisah" yang berlangsung di Fakultas Kedokteran Univeraitas Wahid Hasyim Semarang hari ini Minggu (17/7/2016), bagi KH Maemun Zubair sangat berkesan.

Hal itu, menurut Mbah Moen, dikarenakan Semarang pernah menjadi tempat Muktamar ke-4 Tahun 1929 di mana ketika itu Semarang adalah pusat pergerakan Sarekat Islam dan buruh. "Sejak Muktamar Semarang, NU menjadi organisasi modern yang mempunyai struktur wilayah, cabang, MWC, dan ranting," kenangnya.

KH Maimoen Zubair: Baru 4 Tahun Berdiri, NU Berani Ngeluruk ke Sarang Komunis - Duta Islam Nusantara
KH Maimoen Zubair: Baru 4 Tahun Berdiri, NU Berani Ngeluruk ke Sarang Komunis - Duta Islam Nusantara


KH Maimoen Zubair: Baru 4 Tahun Berdiri, NU Berani Ngeluruk ke Sarang Komunis

Selain itu, Muktamar Semarang ketika juga upaya merespon perkembangan politik nasional selain membahas lazimnya Muktamar NU (sosial keagamaan).

"Waktu itu sedang terjadi perpecahan ditubuh Sarekat Islam (SI). Sehingga ada dua kubu yakni SI Merah dipimpin Semaon dari kelompok Komunis dan SI Putih dipimpin HOS Cokroaminoto dan HA Salim," katanya.

Oleh karena itu, terang Mbah Moen, mau tidak mau NU harus sangat peduli terhadap persoalan bangsa. Sebagaimana dahulu dicontohkan waktu Muktamar Semarang yang tidak lain sebagai dukungan moral terhadap SI Putih agar tetap jaya.

Duta Islam Nusantara

"Kalau dulu NU yang baru empat tahun berdiri berani ngeluruk ke sarang kaum komunis militan seperti Semaon, Mas Marco, Siti Sundari termasuk Snevliet. NU Sekarang musti bisa berbuat lebih," paparnya.

"Terus terang saya sangat mendambakan kejayaan dan kehebatan NU seperti masa lalu. Tapi manusia yang kita hadapi sekarang jelas beda dengan dulu karakternya juga lain," katanya

Duta Islam Nusantara

Lebih lanjut Mbah Moen berpesan supaya NU saat ini jangan hanya berpikir romantis sementara kesadaran kolektifnya rendah. NU musti harus selalu menatap kedepan. Jangan terlalu lama menengok ke belakang.

"Secara historis NU dilahirkan oleh orang-orang kaya yang diridloi para kiai. Juga dari SDM yang sangat mumpuni dan tidak diragukan lagi," pungkasnya. [Duta Islam Nusantara/ haris]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/07/kh-maimoen-zubair-baru-4-tahun-berdiri-nu-berani-ngeluruk-ke-sarang-komunis.html

Selasa, 06 November 2012

Tak Ada Pembenaran bagi Perang Ofensif dalam Islam

Jakarta, Duta Islam Nusantara. Perang dalam Islam tidak sembarangan. Ia mesti melalui peraturan yang ketat. Islam tak mengizinkan mengangkat senjata kecuali untuk kepentingan bertahan atau membela diri lantaran terzalimi. Dengan bahasa lain, umat Islam diperkenankan menyerang hanya ketika dalam situasi diserang.

Pandangan ini disampaikan pakar fiqih dan hokum humaniter internasional, Prof Dr Ahmed al-Dawoody saat menjadi pembicara dalam diskusi Tashwirul Afkar di gedung PBNU, Lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (29/7), bertajuk Tantangan Hukum Humaniter Internasional dan Hukum Islam tentang Konflik Bersenjata Kontemporer.

Tak Ada Pembenaran bagi Perang Ofensif dalam Islam (Sumber Gambar : Nu Online)
Tak Ada Pembenaran bagi Perang Ofensif dalam Islam (Sumber Gambar : Nu Online)


Tak Ada Pembenaran bagi Perang Ofensif dalam Islam

Tidak perang ofensif (jihad difai) dalam Islam, tegas penulis buku The Islamic Law of War: Justifications and Regulations ini dalam bahasa Arab.

Duta Islam Nusantara

Menurutnya, dengan merujuk kepada pandangan sejumlah ulama klasik, perang tak bisa dilakukan begitu saja hanya karena sasaran adalah nom-Muslim. Ia menegaskan, kebebasan beragama dijunjung tinggi oleh Islam. Bahkan perang di zaman Nabi pun di antara pemicunya lantaran jaminan kebebasan tersebut sedang dalam keadaan diserang.

Ia mengakui, dalam tradisi fiqih klasik terdapat pemilahan tiga bentuk negara, yakni darul harb (negara dalam suasana perang), darul islam (negara Islam), dan darul shulh (negara dalam sausana dalami). Mengutip pendapat Imam Abu Hanifah, Ahmed al-Dawody berujar, Negara Islam adalah ketika umat Islam dalam suatu wilayah mendapat jaminan keamanan menunaikan agamanya. Itulah darul islam.

Duta Islam Nusantara

Karena itu, doktor studi Islam lulusan University of Birmingham Inggris ini menolak paham dan tindakan sejumlah kelompok Islam yang berperang secara serampangan, apalagi sampai mengorbankan orang tak bersalah. Sebab, katanya, dalam banyak literatur hadits terpapar jelas bahwa Islam meski dalam situasi perang sekalipun, melarang melakukan kerusakan yang tak ada hubungannya dengan perang, seperti membunuh wanita, anak-anak, orang tua, dan menebang pohon.

Rasulullah, kata Ahmed, juga melarang serangan di malam hari yang potensial mengorbankan rakyat sipil, panah dengan racun di ujungnya, dan sejenisnya. Peraturan-peraturan tersebut bisa menjadi analogi bagi persenjataan kimia era kontemporer, karena menurutnya fiqih bersifat realistis dan pragmatis.

Andai saja kelompok-kelompok ekstrem itu memahami kerahmatan Islam sesungguhnya maka itu tidak akan terjadi, sesalnya.

Pembicara lain, mantan ketua Lakpesdam PBNU, Ulil Abshar Abdalla berpandangan, fiqih bukan hanya warisan Islam melainkan juga warisan kemanusiaan yang amat penting. Namun, ajarannya mengalami penyabotan. Fiqih Islam digunakan untuk melakukan kejahatan atas nama Islam. Dan penyabotan yang paling parah dilakukan oleh ISIS, katanya.

Ia menggarisbawahi bahwa pelajaran penting dari fenomena kebiadaban ISIS adalah dunia Islam menghadapi tantangan besar untuk menjadikan fiqih sebagai khazanah berharga yang terbuka, realistis, dan mengikuti perkembangan zaman yang berjalan terus-menerus. (Mahbib)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/70059/tak-ada-pembenaran-bagi-perang-ofensif-dalam-islam

Duta Islam Nusantara

Kamis, 19 Mei 2011

Bantu Aparat, 35 Ribu Banser Jateng Siap Hajar Provokator Selama Natal

Duta Islam Nusantara - Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jawa Tengah, mengerahkan 35 ribu personel Barisan Ansor Serba Guna (Banser) se Jawa Tengah, untuk membantu aparat keamanan pada pelaksanaan perayaan Hari Raya Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.

Sejumlah 35 ribu personel Banser tersebut tersebar di 35 Kabupaten dan Kota yang dikoordinasi oleh masing-masing Satuan Koordinasi Cabang (Satkorcab) Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor se Jateng.

Bantu Aparat, 35 Ribu Banser Jateng Siap Hajar Provokator Selama Natal - Duta Islam Nusantara
Bantu Aparat, 35 Ribu Banser Jateng Siap Hajar Provokator Selama Natal - Duta Islam Nusantara


Bantu Aparat, 35 Ribu Banser Jateng Siap Hajar Provokator Selama Natal

Ketua PW GP Ansor Jateng, Ikhwanuddin mengatakan, sesuai instruksi Ketua Umum PP GP Ansor, KH Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Tutut, bahwa Banser harus turut serta menjaga kondusifitas keamanan, dengan catatan jika diminta oleh pihak kepolisian setempat.

Duta Islam Nusantara

“Kita mengerahkan sekitar 35 ribu personel Banser. Masing-masing Kabupaten dan Kota juga telah diminta oleh pihak kepolisian untuk membantu mengamankan sesama warga negara yang akan menjalankan ibadah,” kata Ikhwan, Jumat (23/12/2016).

Ikhwan juga mengimbau pada seluruh personel Banser, agar dalam menjaga keamanan, untuk selalu berkoordinasi dengan aparat Polri dan TNI. Jangan bertindak dengan individu tanpa adanya komando.

Duta Islam Nusantara

“Kami mengimbau pada sahabat-sahabat Banser di lapangan, semua langkah yang dilakukan harus melalui komando pimpinan masing-masing, dan harus berkoordinasi dengan aparat,” tegasnya.

Selain ikut membantu aparat menjaga keamanan lingkungan tempat ibadah, juga diimbau untuk tetap menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal masing-masing. Utamanya di lingkungan yang warganya juga sedang merayakan Hari Raya.

“Sebab mereka juga merayakan di rumah masing-masing. Ini juga perlu jadi perhatian bersama,” katanya.

Ikhwan juga mengimbau pada masyarakat untuk selalu menjaga toleransi antarumat beragama. Dalam hidup di tengah masyarakat bisa saling menghargai satu sama lain, agar tercipta suasana yang tenteram dan saling mengasihi.

“Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, memberikan kasih sayang pada alam raya. Banser NU harus bisa mewujudkan itu,” tegasnya.

Ia menambahkan, selain mengerahkan personel lapangan dalam kegiatan pengamanan umat lain yang menjalankan ibadah, juga telah menyiagakan personel yang memiliki keahlian di bidang teknologi dan informasi.

“Melalui Ansor Cyber Media, telah diinstruksikan untuk patroli di dunia maya, pihak-pihak yang melakukan provokasi dan penebar kebencian di dunia maya dalam momentul Natal ini, akan kita hajar dan laporkan ke pihak berwajib,” tandasnya.

Ikhwan juga menegaskan, sikap Banser tersebut bukan menjaga Gereja maupun terlibat dalam kegiatan agama lain, namun menjaga kebhinekaan yang menjadi kewajiban tiap warga negara. [Duta Islam Nusantara/ hudDuta Islam Nusantara]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/bantu-aparat-35-ribu-banser-jateng-siap-hajar-provokator-selama-natal.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Duta Islam Nusantara sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Duta Islam Nusantara. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Duta Islam Nusantara dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock