Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 April 2017

Bersinergi dengan KPPPA, Fatayat NU Launching Program Gelatik

Jakarta, Duta Islam Nusantara. Pengurus Pusat (PP) Fatayat Nahdhatul Ulama (NU) melaunching program Gerakan Perlindungan Anak dari Tindak Kekerasan yang disingkat Gelatik. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Sari Pan Pasific, Senin (19/9) ini dihadiri pihak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) serta perwakilan organisasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Dalam sambutannya, Ketua PP Fatayat NU, Anggia Ermarini menjelaskan, program Gelatik dilatarbelakangi maraknya tindak kekerasan yang menimpa anak akhir-akhir ini. Apalagi, sebagai organisasi Fatayat NU juga fokus terhadap kasus-kasus sosial kemasyarakatan salah satunya terkait tindak kekerasan.

Bersinergi dengan KPPPA, Fatayat NU Launching Program Gelatik (Sumber Gambar : Nu Online)
Bersinergi dengan KPPPA, Fatayat NU Launching Program Gelatik (Sumber Gambar : Nu Online)


Bersinergi dengan KPPPA, Fatayat NU Launching Program Gelatik

"Sejak terbentuk memang Fatayat jelas fokus terhadap masalah sosial yang ada. Kali ini, kami khusus memprogramkan Gelatik agar anggota-anggota Fatayat hingga tingkat Pengurus Anak Ranting turut serta melindungi anak-anak dari kekerasan," ujarnya.

Ditambahkan, sementara ini sebagai langkah awal akan program Gelatik akan dilakukan di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Lampung Timur sebagai pelopor awal. "Rencana ke depan semoga bisa menyeluruh ke semua tingkatan pengurus Fatayat NU," imbuhnya.

Duta Islam Nusantara

Duta Islam Nusantara

Selain launching program, juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan KPPPA sebagai tindaklanjut program dalam jangka panjang serta turut serta mengantisipasi masalah kekerasan di Indonesia.

Sementara itu, Deputi Perlindungan Anak KPPPA, Pribudiarta Nur Sitepu mengapresiasi kegiatan yang diprogramkan pihak PP Fatayat NU. Selain itu, pihaknya juga mengharapkan partisipasi semua elemen untuk menanggulangi masalah kekerasan ini.

"Selama ini, pihak KPPPA sudah mencanangkan berbagai program mulai Kota Layak Anak (KLA) hingga Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) yang melibatkan langsung masyarakat dari semua tingkatan," ujarnya.

Dia yakin, kesadaran untuk menjaga anak sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama sehingga harus bersinergi. "Selama ini, masalah-masalah anak terjadi karena orang tua kurang peduli, anak yang tak mampu memahami situasi hingga kurangnya komunikasi antar keluarga," jelasnya. (Mahbib Khoiron)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/71347/bersinergi-dengan-kpppa-fatayat-nu-launching-program-gelatik-

Sabtu, 18 Februari 2017

Kambing Pun Tunduk Disembelih Habib Luthfi Karena Paham Untuk Maulid Nabi

Duta Islam Nusantara - Pada awalnya Maulid Nabi di Kanzus Shalawat diadakan setiap Jum'at Kliwon. Waktu itu pengajian Jum'at Kliwon belum seramai saat ini dan belum ada Gedung Kanzus Shalawat.

Kambing Pun Tunduk Disembelih Habib Luthfi Karena Paham Untuk Maulid Nabi
Kambing Pun Tunduk Disembelih Habib Luthfi Karena Paham Untuk Maulid Nabi


Menurut KH. Zakaria Anshar (santri senior Habib Luthfi yang mulai ngaji sejak 1985 sebelum masuk ke pesantrennya Mbah Maimun Sarang), Habib Luthfi sudah melaksanakan peringatan Maulid Nabi Saw. sejak tinggal di Noyontaan Gang 7, tepat di belakang Gedung Kanzus Shalawat sekarang, sebelum pindah ke Gang 11. Menurut Kiai Zakaria, Habib Luthfi telah menyelenggarakan Maulid Nabi di kediamannya jauh sebelum tahun itu.

Ada cerita menarik pada saat Maulana Habib Luthfi mengadakan Maulid Nabi di Gang 7, jauh sebelum Gedung Kanzus Shalawat berdiri, dan sebelum pindah ke Gang 11. Bapak Abidin (Habib Luthfi memanggilnya Din Towil) saksi mata mengisahkan kepada penulis.

Pada Maulid perdana Habib Luthfi hendak menyembelih seekor kambing. Kambing tersebut di pohon "jaran". Saat tiba waktu disembelih, Mbah Jufri (teman seperguruan Habib Luthfi pada saat ngaji di KH. Abdul Fatah Jenggot Pekalongan) yang ditugaskan mengambil kambing terkejut, karena saat ditarik kambing itu lari.

Habib Luthfi bin Yahya hanya tertawa sambil berkata, "Wedus go ngormati Kanjeng Nabi kok mlayu (Kambing untuk menghormati Nabi kok malah kabur)."

Tak lama setelah Habib Luthfi berkata demikian kambing itu menghampiri Habib Luthfi dan menjatuhkan diri di hadapan beliau. Kambing itu lalu disembelih sendiri oleh Habib Luthfi bin Yahya tanpa perlu bantuan orang.

Mbah Jufri kemudian berteriak, "Kambing wae weruh Kanjeng Nabi, ingsun menungso ora paham! (Kambing saja tahu kedudukan Kanjeng Nabi, aku manusia tapi tidak paham!)".

Dikutip dari buku "Sejarah Maulid Nabi, Meneguhkan Semangat Keislaman dan Kebangsaan Sejak Khaizuran (173 H) hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947-Sekarang)", halaman 192 karya Ust. Ahmad Tsauri. [Duta Islam Nusantara]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/06/kambing-pun-tunduk-disembelih-habib-luthfi-untuk-maulid-nabi.html

Inilah Cara Komunikasi Antar Para Waliyullah

Duta Islam Nusantara - Suatu hari, seorang kiai sowan ke almaghfurlah Habib Ahmad Assegaf. Saat itu kira-kira 20 menit menjelang Maghrib. Ketika terdengar adzan, beliau pamit dan Habib Ahmad mengatakan hingga 3 kali, "Insya Allah 3 hari lagi kamu ke sini," demikian dawuh Habib.

Inilah Cara Komunikasi Antar Para Waliyullah
Inilah Cara Komunikasi Antar Para Waliyullah


Pas 3 hari kemudian, kiai tersebut kedatangan tamu almaghfurlah Mbah Kiai Munawar Kudus. Beliau bercerita tentang Habib Ahmad Assegaf, kemudian Mbah Munawar mengajak ke rumah Habib Ahmad.

Ketika sudah dekat dengan rumah Habib Ahmad, Mbah Munawar berkata, "mengko yen tekan ngarep lawang kok ora dibuka, tak tendang lawange/ nanti kalau sudah sampai depan rumah kok tidak dibukakan, saya tendang pintunya".

Benar sekali, tepat di depan pintu, tiba-tiba pintu dibuka oleh Habib Ahmad Assegaf sendiri sambil mengucap, "Assalamu'alaikum!".

Setelah masuk dan berbincang laiknya tamu, Mbah Munawar hendak meminta peci Habib Ahmad Aegaff, namun tidak diperbolehkan oleh habib. Karena rebutan, beliau berdua mirip seperti anak kecil, yang satu ingin merebut peci, dan yang satunya mempertahankan.

Akhirnya Habib Ahmad berkata, "mintalah kepada Ibrahim Baraqba", lalu Mbah Munawar keluar dari rumah dan tangan beliau menunjuk ke langit. Setelah itu beliau berdua berpamitan Habib Ahmad.

Beberapa hari kemudian sang kiai sedang ngopi di warung depan masjid Kauman. Setelah lepas tengah malam, kiai melihat seseorang masuk masjid lewat pintu samping, yang sangat dikenal oleh kiai dengan nama Wan Ibrahim Baraqba.

Penasaran, kiai beranjak ke masjid ingin mengetahui apa yang sedang di kerjakan dan apa yang akan terjadi. Ternyata setelah sholat sunnah, Wan Ibrahim Baraqba membaca sedang Al-Qur'an di dekat mimbar dan menangis di sana. Begitulah orang-orang besar. [Duta Islam Nusantara]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/inilah-cara-komunikasi-antar-para-waliyullah.html

Jumat, 01 Januari 2016

Civitas Akademika UIN Bandung Gelar Shalat Ghaib

Bandung, Duta Islam Nusantara. Atas wafatnya sang Ahli Fikih Modern civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati melaksanakan shalat ghaib untuk KH Sahal Mahfudh di Masjid Iqomah UIN SGD Bandung, Jumat(24/01).

Ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan mengikuti shalat ghaib yang langsung dipimpin oleh guru besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof Dr Rosihon Anwar, MAg yang juga dekan Fakultas Usuluddin, shalat ghaib ini dilaksanakan setelah shalat Jumat.

Civitas Akademika UIN Bandung Gelar Shalat Ghaib (Sumber Gambar : Nu Online)
Civitas Akademika UIN Bandung Gelar Shalat Ghaib (Sumber Gambar : Nu Online)


Civitas Akademika UIN Bandung Gelar Shalat Ghaib

Menurut ketua DKM Masjid Iqomah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Bahrun Rifai mengatakan bahwa dirinya sangat kehilangan sosok ulama ahli fiqih, sosok yang humanis dan tak membeda bedakan golongan maupun jabatan.

Kehilangan dengan sosok tersebut, karena dia (Kiai Sahal) ahli dalam fikih baik itu fikih muamalah, munakahat dan lain sebagainya, ujar Bahrun yang juga menjabat sebagai Rais Majelis Wali Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama Panyileukan Kota Bandung.

Duta Islam Nusantara

Kiai Sahal, lanjutnya adalah seorang yang mempunyai sosok yang teguh pada pendirian, akhlaknya patut menjadi contoh bagi warga Nahdlatul Ulama khususnya dan umumnya masyarakat Indonesia

Beliau sosok yang teguh pendirian, akhlaknya menjadi contoh, dan merakyat, tukas dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (bakti habibie/mukafi niam)

Duta Islam Nusantara

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/49677/civitas-akademika-uin-bandung-gelar-shalat-ghaib

Senin, 23 November 2009

Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri

Duta Islam Nusantara - Setiap manusia pasti mempunyai cita-cita setinggi langit, begitu ketika diajarkan di TK (Taman Kanak-Kanak) dahulu. Ingin serba semuanya mewah dan tercapai, fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah.

Untuk menggapai semua itu tidak semudah tidur dalam mimpi, dan tidak semudah khayalan dan angan-angan. Butuh perjuangan dan doa, butuh pengorbanan dan kegigihahan bak sekuat baja dan selentur samurai jepang.

Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri - Duta Islam Nusantara
Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri - Duta Islam Nusantara


Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri



Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri - Duta Islam Nusantara
Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri - Duta Islam Nusantara


Kisah Wanita yang Jatuhkan Kuasa Raja dan Pesan Mbah Maimoen Memilih Istri

Wanita adalah tiang negara. Begitu kata pepatah.

المراة عماد البلا د اذا صلحت صلحت البلا د واذا فسدت فسدت البلا د

Artinya: "Wanita adalah tiang negara, apabila wanita itu baik maka negara akan baik,

dan apabila wanita itu rusak, maka Negara akan rusak pula".

Jika ingin kuat negara ini, maka perkuat pula wanitanya, dengan memperkuat sektor pendidikan dan agamanya. Maka tidaklah heran, jika disebuah negara bagian Asia, ada wanita wanita menjadi pejuang dengan melacurk4n diri demi mengorek informasi dan mengetahui seberapa besar kekuatan musuh.

Dalam sebuah penelitian wanita disebut sebagai yang paling dominan dalam membentuk karakter seorang anak. Sekuat apapun anak, pasti akan takluk kepada ibunya. Dan kesuksesan besar anak paling besar adalah pengaruh dari ibunya, pengaruh dari kekuatan doanya, karena bagaimanapun juga, derajat seorang ibu lebih tinggi tiga tingkat dibanding ayah.

Maka tidaklah heran jika Sayyiduna Umar bin Khattab pernah mengatakan, "jika ada orang sukses maka tanyalah, siapa ibunya dan siapa yang menjadi istrinya?"

Ken Dedes Direbut Ken Arok

Alkisah, pada suatu hari, Tunggul Ametung singgah ke Desa Panawijen, di sana, ia kemudian bertemu dengan Ken Dedes. Parasnya yang ayu dan tubuhnya yang molek membuat Tunggul Ametung terpesona.

Keinginannya untuk memperistri Ken Dedes begitu kuat. Ketika menyatakan keinginannya untuk membawa pulang Ken Dedes, wanita itu keberatan lantaran ayahnya belum pulang dari bertapa. Ken Dedes adalah putri satu-satunya pendeta Buddha aliran Mahayana, Mpu Purwa.

Tunggul Ametung tak kuasa untuk bersabar. Dibawalah paksa Ken Dedes kembali ke Tumapel untuk dinikahi. Ketika Mpu Purwa pulang dan mendapati putri satu-satunya diculik, ia marah besar. Sang pendeta lalu mengutuk, siapa pun yang telah menculik Ken Dedes akan mati terbunuh dengan keris dan tidak akan merasakan kenikmatan hidup.

Tunggul Ametung kembali ke pendopo dan memperkenalkan Ken Dedes sebagai istrinya kepada seluruh penghuni pendopo, termasuk Ken Arok. Kecantikan Ken Dedes juga menarik perhatian Ken Arok, tetapi bukan itu alasan Ken Arok kelak merebut dan memperistri Ken Dedes.

Kisah berlanjut. Ketika Ken Arok membantu Ken Dedes turun dari kereta, kain wanita itu tersingkap. Ken Arok terkesiap melihat pangkal p4h4 Ken Dedes yang bercahaya. Ia lalu bertanya kepada Lohgawe, apa arti dari kejadian tersebut.

Menurut sang pendeta, memperistri wanita dengan ciri-ciri seperti itu akan menjadi penguasa dan memberikan keturunan raja-raja Jawa. Atas dasar itulah kemudian timbul niat jahat Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung.

Ken Arok menikahi Ken Dedes setelah membunuh Tunggul Ametung dengan keris sakti yang dipesannya pada Mpu Gandring. Malam itu, Ken Dedes menyaksikan sendiri bagaimana suaminya dibunuh oleh sang pengawal kepercayaan.

Namun entah karena bujuk rayu Ken Arok atau karena sedari awal Ken Dedes juga memiliki perasaan kepada Ken Arok, wanita itu mengiyakan saat Ken Arok memintanya menjadi istri.

Kisah Ken Arok dan Ken Dedes memang memiliki daya tarik tersendiri. Dan seperti yang diramalkan, Ken Dedes memang melahirkan keturunan yang menjadi raja-raja di Jawa, mulai dari Anusapati, Ranggawuni, dan Kertanegara yang merupakan pembesar di Kerajaan Singosari.

Selain itu, keturunan Ken Dedes juga sampai hingga pada Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit dan Hayam Wuruk. Cerita ini penulis ambil dari situs reidfile.com.

Walhasil dalam memilih istri, kita dianjurkan yang paling utama adalah agamanya, kemudian nasabnya, setelah itu kecantikannya, dan yang terakhir hartanya. Jika bisa memukan semuanya, maka itu adalah nikmat Allah yang teramat agung. Dengan demikian, kita bisa menurunkan anak-anak yang sholeh pula. Sebuah syair bijak mengatakan:

نعم الإله على العباد كثيرة ☆ وأجلها بنجابة الأولاد Nikmat tuhan yang diberikan begitu banyak # dan termasuk paling agungnya nikmat itu mempunyai anak-anak yang hebat.

Pesan Mbah Moen Memilih Istri

Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah renungan inspirasi dari ulama' sepuh Nusantara, Simbah KH Maemon Zubair. Beliau pernah mengatakan, "Nek milih bojo iku sing ora patiyo ngerti dunyo. Mergo sepiro anakmu sholeh, sepiro sholehahe ibune. Sohabat Abbas iku nduwe bojo ora seneng dandan, nganti sohabat Abbas isin nek metu karo bojone. Tapi beliau nduwe anak ngalime poll, rupane Abdulloh bin Abbas," begitu wejangan Mbah Moen.

Mbah Moen melanjutkan, "Sayyidina Husain nduwe bojo anake Rojo Rustam (Rojo Persia). Walaupun asale putri Rojo, sakwise dadi bojone Sayyidina Husain wis ora patiyo seneng dunyo. Mulane nduwe putro Ali Zainal Abidin bin Husain, ngalim-ngalime keturunane Kanjeng Nabi. Kiai-Kiai Sarang ngalim-ngalim koyo ngono, mergo mbah-mbah wedo'e do seneng poso," imbuh pesannya dalam bahasa Jawa.

"Syekh Yasin Al Fadani (ulama' asal padang yang tinggal di Mekah) iku nduwe istri pinter dagang, nduwe putro loro. Sing siji dadi ahli bangunan sijine kerjo neng transportasi. Kabeh anake ora ono sing nerusake dakwahe Syekh Yasin," lanjut dawuh Mbah Moen.

"Neng Al Qur-an نساؤكم حرث لكم. Istri iku ladang kanggo suami. Sepiro apike bibit tapi nek tanahe atau ladange ora apik, ora bakal ngasilno pari apik. Intine iso nduwe anak ngalim, nek istrine ora patiyo ngurusi dunyo lan khidmah poll karo suamine. Nek kowe milih istri pinter dunyo, kowe sing kudu wani tirakat. Nek ora wani tirakat, yo lurune istri sing ahli dzikir, kowene sing mikir dunyo alias kerjo," Mbah Moen mengakhiri dawuh.

Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini, "Ketika kamu memilih istri, carilah wanita yang tidak terlalu tahu akan dunia. Karena keshalihan anakmu bergantung pada seberapa shalihah ibunya. Shahabat Abbas ra. mempunyai istri yang tidak suka berhias, sampai membuatnya malu saat keluar dengan istrinya. Tapi beliau mempunyai anak yang sangat alim, yaitu Abdullah ibnu Abbas,

"Sayyid Husain cucu Rasulullah punya istri dari keturunan Raja Persia. Walaupun berasal dari Putri Raja, setelah menjadi istri Husain menjadi wanita yang tidak mencintai dunia. Maka mempunyai anak Ali Zainal Abidin bin Husain, paling alim dari keturunan Rasulullah Saw. Para kiai dari Sarang Jawa Tengah bisa menjadi alim seperti itu karena nenek-nenek mereka suka berpuasa,

"Syekh Yasin Al Fadani ulama dari Padang yang tinggal di Makkah mempunyai istri yang pandai berdagang, dan punya dua anak. Salah satu anaknya menjadi ahli bangunan dan yang satunya lagi bekerja di bagian transportasi. Kedua anaknya tidak ada yang bisa meneruskan dakwahnya Syekh Yasin,

"Di dalam Al-Qur'an disebutkan dalam sebuah ayat: نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ. Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam." (QS. Al Baqarah : 223) Istri itu ladang bagi suami. Seberapa bagusnya bibit ketika tanah atau ladangnya tidak bagus, maka tidak bisa menghasilkan padi (panen) yang bagus pula,

"Intinya, bisa mempunyai anak yang alim ketika istrinya tidak terlalu mengurusi dunia dan sangat taat atau patuh terhadap suaminya. Ketika kamu lebih memilih istri yang mengurusi dunia, maka kamu yang harus berani riyadhoh (berdoa). Jika tidak berani riyadhoh, maka carilah istri yang suka berdzikir dan kamu yang memikirkan dunia atau kerja." [Duta Islam Nusantara]

Ahmad Zain Bad

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/kisah-wanita-yang-jatuhkan-kuasa-raja-dan-pesan-mbah-maimoen-memilih-istri.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Duta Islam Nusantara sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Duta Islam Nusantara. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Duta Islam Nusantara dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock