Duta Islam Nusantara - Jauh sebelum Ahok Basuki ceroboh membahas Al-Maidah 51 dalam sosialisasi budaya dan koperasi di Kepulauan Seribu pada 6 Oktober 2016, tokoh wahabi yang berada di Majelis Ulama Indonesia (MUI), seperti Bachtiar Nasir (Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI, Pemimpin Al-Quran Learning Center), Zaitun Rasmin (Wakil Sekjend MUI, Wahdah Islamiyah), Farid Okbah, Fadlan Garamatan dan lain-lain, sudah mengunjungi pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, 27 September 2016.
|
Setelah Ketemu Anies, Habib Rizieq Kena Fitnah Hot, Kiai Maruf Diseret-Seret, Konspirasi? |
Anies Baswedan adalah tokoh yang pernah dituduh oleh kalangan Islam garis keras sebagai intelektual syiah. Waktu menjabat Mendikbud, oleh media radikal, Anies juga dituduh akan menghancurkan Islam melalui penyusupan kurikulum liberal ke sekolah-sekolah. Ia juga pernah disebut kelompok radikal Islam sebagai menteri liberal (JIL) ketika isu penghapusan aktivitas berdo'a di sekolah terhembus.
Namun asyiknya, ketika Anies diusung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), berpasangan dengan Sandiaga Uno, yang dideklarasikan secara resmi di Roemah Joeang, Jakarta Selatan pada 26 September 2016, ia mendadak disayang oleh tokoh wahabi macam Bachtiar Nasir dan Zaitun Rasmin. Lihat foto yang didapatkan
Duta Islam Nusantara ini, siapa saja yang bareng selfie bersama Anies-Sandi?
Foto ini menyebar ke media sosial sejak 27 September 2016 (Foto 1) Ketika media afiliate PKS macam islamedia.com mengklaim foto di atas sebagai dukungan "tokoh Islam" ke Anies-Sandi, buru-buru Farid Okbah membantahnya. Sebagaimana berita yang ditulis situs risalah.tv dengan judul "Klaim Dukungan Ulama ke Anies Ternyata Hoax", Farid Okbah melalui Maulana Yusuf menyatakan kalau foto selfie (Foto 1) di atas hanya silaturrahim biasa yang dilakukan oleh "tokoh Islam" untuk tabayun kalau Anies bukan Syiah dan bukan JIL. Apalagi pendukung kesesatan.
Sampai di sini, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF)-MUI belum lahir. Tokoh-tokoh dalam foto di atas (Foto 1), masih kelihatan dekat dan hangat dengan Anies-Sandi walau mengklaim tidak mendukung.
Pada 7 Oktober 2016 pukul 10 pagi, sehari setelah Ahok menyebut-nyebut Al-Maidah 51 di Kepulaun Seribu, pasangan Agus-Sylviana sowan kepada KH Ma'ruf Amin. "Secara kelembagaan kita tidak bisa dukung karena ada tata krama. Tapi saya yakin warga NU akan dukung calon yang paling banyak samanya, misal agamanya sama, warna agamanya, marhabnya sama. Penampilannya santun tidak keras, tidak galak. Saya lihat saya yakin yang paling banyak samanya Pak Agus dan Bu Sylvi. Jadi saya yakin orang NU akan dukung calon yang paling banyak samanya," ujar Kiai Ma'ruf di Kantor PBNU, sebagaimana dilansir
Duta Islam Nusantara dari merdeka.com, (Jumat, 07/10/2016).
Kata Agus, tujuan dia ke PBNU saat itu adalah untuk meminta petuah senior dan restu mengarungi Pilkada DKI 2017. Sore hari, SBY dan Setyardi (Pemimpin Redaksi Obor Rakyat) mengadakan rapat di Cikeas bersama putranya, Agus dkk. Ini foto pertemuan itu, diupload oleh Setyardi juga melalui akun media sosialnya.
SBY, Ani, Agus rapat di Cikeas, 7 Oktober 2016 (Foto 2) Polemik Ahok yang ceroboh karena mengucap "…Dibohongi pakai surat Almaidah 51….", langsung direspon media dan masyarakat luas. Merasa perlu menenangkan, tidak butuh waktu lama, pada Selasa, 11 Oktober 2016, MUI akhirnya mengeluarkan fatwa secara resmi terkait kasus dugaan penistaan agama Ahok.
Dalam fatwa tersebut, MUI menyatakan Ahok telah menistakan agama. Menurut MUI, menyatakan kandungan surat Al-Maidah ayat 51 yang berisi larangan menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin adalah sebuah kebohongan, hukumnya haram dan termasuk penodaan terhadap Al-Quran.
Wakil Sekjen MUI Najamuddin Ramly mengklaim kalau lembaganya tidak perlu tabayun karena Ahok pasti tidak akan mengakui, "kami tidak memerlukan Ahok untuk memberikan konfirmasi karena pasti ngeles," ujarnya, Selasa (08/11/2016). Sumber informasi ini dilansir
Duta Islam Nusantara dari Detikcom.
Butuh berapa jam fatwa itu keluar setelah peristiwa sowan Agus-Sylviana itu? Hanya selisih 3 x 24 jam lebih sedikit. Sowannya hari Jumat, Selasa, keluarlah fatwa. Uniknya, fatwa diresmikan ke publik tanpa tabayun. Banyak pihak menduga, ada unsur di luar desakan masyarakat atas munculnya fatwa tersebut.
Setelah fatwa MUI itu menyeruak ke media, tiga hari kemudian, yakni Jumat, 14 Oktober 2016, ratusan ribu massa menggelar Aksi Bela Islam (ABI) I menuntut Ahok dipenjara karena dianggap melecehkan Islam dan Al-Qur'an. Aksi itu, katanya, adalah respon atas lemahnya penegak hukum yang tidak mau mengambil langkah cepat ke Ahok pasca MUI menetapkan fatwa.
Sampai di sini, Anies-Sandi sudah tidak terlihat menempel dengan tokoh-tokoh Islam yang menjadi penggerak ABI I, sebagaimana nampak di Foto 1 editorial ini, hingga muncullah GNPF-MUI sebagai konsolidasi gerakan mendukung dan mengawal fatwa MUI soal penistaan agama oleh Ahok.
Tercatat, GNPF-MUI pernah mengadakan konsolidasi sekaligus lauching kepengurusan gerakan pada 1 November 2016 di Hotel Syahid, Jakarta. Pada saat itu, sebagaimana ditulis jpnn.com, Rachmawati Soekarnoputri, Ratna Sarumpaet, para pimpinan Ormas hingga Ahmad Dhani ikut hadir sebagai peserta.
Ahmad Dani ikut rapat (Foto 2A) Sejarahnya, sebelum dinamai GNPF, gerakan pimpinan Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dan Zaitun Rasmin tersebut bernama Gerakan Bela Islam. Jadi, GNPF katanya adalah metamorfosis Aksi Bela Islam yang digelar UBN pada 14 Oktober 2016.
GNPF inilah yang dijadikan alat untuk menggelar aksi lanjutan, dinamai Aksi Bela Islam II. Dananya tidak main-main, 100 miliar. Data ini tercatat di wartakota.tribunews.com, yang diposting 2 November 2016. Rencana aksi susulan inilah yang membuat beberapa kalangan mulai was-was karena gerakan menuntut Ahok dipenjara sudah menyebar ke daerah dengan balutan isu sensitif, yakni agama dan etnis.
Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan untuk menghadapi Aksi Bela Islam II itu, Polri menurunkan 5000 Brimob ke daerah-daerah di seluruh NKRI. Wakil Komandan Korps Brimob Polri Brigjen Polisi Anang Revandoko menerbitkan Nota Dinas Nomor: B/ND-35/X/2016/Korbrimob tertanggal 28 Oktober 2016. Mengantisipasi perkembangan Kamtibmas di seluruh wilayah NKRI, dinyatakan Siaga I.
Antisipasi Polisi itu tidak berlebihan dan memang perlu mengingat isu berbau SARA sudah mulai menyeruak dipermainkan sang aktor dalam aksi edisi ke-2 ini. Aksi yang digelar siang hari dengan arak-arakan dari Masjid Istiqlal ke Istana itu dipoles dengan istilah "Jihad Konstitusi" oleh ormas yang mendukung acara. Megilan tenan!
Front Pembela Islam (FPI), ormas yang sejak dulu bersebarangan dengan Ahok pun sudah mulai teriak lantang. Pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab (HRS), yang jadi panitia penyelenggara, sudah mulai menggelontorkan isu "berdoa untuk kemenangan umat Islam" hingga menghimbau kepada peserta aksi untuk membuat "wasiat untuk keluarga". Seperti hendak berperang, bukan?
Untuk menggalang massa, media sosial pun digunakan secara massif. Dalam akun Twitter, Habib Rizieq dari FPI bahkan menganjurkan perusahaan, kantor, dan sekolah untuk diliburkan agar pegawai dan pelajar ikut aksi. Masyaallah. Dalam unjuk rasa sebelumnya, sejumlah anak-anak di bawah umur tampak dikerahkan dalam unjuk rasa dan ikut membentangkan spanduk. (sumber).
Media wahabi seperti jurnalmuslim.com juga sudah mulai menggoreng isu. Foto hoax Ahok yang tertawa dalam sebuah nobar pun digoreng dengan catatan yang diambil narasumber beritanya begini: Tom mendesak Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk memenuhi janjinya akan menuntaskan kasus Ahok dalam dua minggu. "Kapolri jangan berkelit, kalau tidak ingin seluruh negeri makin gaduh," ujar Tom.
Muncul pula berita HRS mengeluarkan 12 seruan, seperti dimuat di pojoksatu.id. Ratusan ribu umat Islam dari pelbagai daerah yang terprovokasi seruan HRS dan tokoh lain, berbondong-bondong datang ke Jakarta melebur dalam aksi yang disebut sebagai "Bela Islam".
Aksi Bela Islam (Foto 3) Berita-berita di situs wahabi pun membuat isu yang kontra produktif. "Silahkan kalian mencibir kami yang penuh tato. Silahkan kalian rendahkan kami dijalan. IMAN UNTUK MEMBELA AGAMA, KAMI LEBIH KUAT. Kami masih lebih mulia dari Nusron, Syafi’i Maarif, dan para munafiqin pembela ahok," begitu tulis voa-islam.com ketika melaporkan peserta Aksi Bela Islam II ada dari anak punk bertato. Ada tuduhan munafiqin dan isu "lebih mulia". Hmmm. Gorengan provokasi khas media wahabi.
Aksi yang diklaim menyatukan umat Islam itu berlanjut terus hingga digelar aksi lanjutan 2 Desember 2016. Disebut Aksi Bela Islam III. Jutaan umat Islam ikut datang ke Jakarta, melebur bersama. Media banyak memberitakan, artis-artis dan tokoh Islam selebriti macam Yusuf Mansur, Aa Gym, Arifin Ilham dan lainnya, ikut larut dalam aksi ini. Salah satunya termuat di needanews.com.
Foto-foto Aksi Bela Islam I, II maupun III, mudah didapatkan di media-media lainnya. Namun, tidak ditemukan sama sekali foto Agus Yudhoyono ikut aksi. Bahkan, dalam sorotan media teropongsenayan.com (29/10/2017), Agus terkesan mendukung ketika berbicara normatif kalau demo adalah hak warga negara. Sementara Anies Baswedan, entah kemana.
Duta Islam Nusantara tidak menemukan komentar Anies dalam aksi-aksi bela islam tersebut.
Pasca Aksi Bela Islam III yang tensi politiknya kian naik hingga ada geger tentang boikot sari roti, anti Cina, anti Kristen, kebangkitan PKI, hingga penangkapan tokoh-tokoh yang dianggap makar, Anies masih diam.
Anies kemudian tiba-tiba saja muncul bersama HRS pada Ahad, 1 Januari 2017 ketika diundang dalam forum diskusi FPI bertema 'Mengenal Ideologi Trans-Nasional di Era Globalisasi: Pengaruhnya terhadap Ahlussunnah wal Jamaah dan NKRI', yang dibawakan oleh dua pemakalah yaitu Prof. Dr. Mohammad Baharun dan Dr. Abdul Chair Ramadhan, dengan Dr. Hidayat Nur Wahid (HNW).
Anies Baswedan di Forum Diskusi FPI, Ahad (01/01/2017)
(Foto 4) "Nah Pak Anies ini kerap mendapatkan fitnah, lengkap sudah. Maka dari itu kami berikan kesempatan pada beliau untuk menjawab," ucap Habieb Rizieq di depan ratusan jamaah yang menghadiri diskusi di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Ahad (01/01/2017). Berita pertemuan Anies dengan HRS sempat diberitakan oleh Detikcom dan Kompascom, ini link berita tersebutnya:
Detik.com: https://news.detik.com/berita/d-3385675/temui-habib-rizieq-anies-baswedan-bantah-berbagai-fitnah
Kompas.com: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/03/09330091/kontroversi.pertemuan.anies.dan.rizieq.shihab
Ada yang menyebut, pertemuan Anies dan HRS bersama HNW adalah bentuk pemindahan pilihan kelompok GNPF, -yang sudah mendapatkan dana ratusan milyar,- kepada Anies-Sandi yang dianggap lebih mewakili kelompok Islam daripada Agus-Sylvi.
Persekutuan antara wahabi GNPF, wahabi MUI, dan FPI mulai pecah. Namun isu persatuan Islam masih terus harus dipertahankan. Anies yang berdiam sikap atas aksi Bela Islam, tidak jelas kontribusinya atas GNPF, akhirnya dapat undangan (dukungan) FPI. Ini seperti mendapatkan anugerah suara tiba-tiba. Pada saat yang sama, sikap gembong wahabi di GNPF masih belum jelas ke Agus-Sylvi.
Setelah itu, tiba-tiba saja, berita percakapan HRS dengan Firza Husen menghebohkan publik. Massa NU yang selama ini tenang, tidak ikut memihak sebelah, seakan-akan juga ikut terseret setelah KH Ma'ruf Amin disebut dilecehkan oleh Ahok dalam persidangan. Walau akhirnya ia minta maaf, dan Kiai Ma'ruf memaafkan, kemana limpahan suara politik warga nahdliyyin akan terbawa? Apakah orang-orang di Foto 1 dalam editorial ini kembali ke haribaan Anies-Sandi, seperti sebelum GNPF terbentuk?
Lalu, dimana GNPF saat HRS difitnah? Bukanlah selama ini UBN runtang-runtung pasca aksi 411 dan 212. Ketika banyak orang ramai-ramai mengasuskan HRS, ia seakan berjuang sendiri. Jelang aksi lanjutan 11 Februari 2017 ini pun, HRS, UBN beserta Munarman pun akan diperiksa polisi terkait kasus makar Sri Bintang Pamungkas.
Mau lanjut aksi atau pilih salah satu? Putaran kedua lebih seru tidak yah? Begitu tanya Anonimus di dunia entah sono kepada kita. Sebagai pengingat, simaklah Pidato Bung Karno di bawah ini! [
Duta Islam Nusantara]
PIDATO BUNG KARNO.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air
Kalau jadi Hindu, Jangan jadi orang India
Kalau jadi Islam, Jangan jadi orang Arab
Kalau jadi Kristen, Jangan jadi orang Yahudi
Tetaplah jadi orang Nusantara, dengan adat dan budaya Nusantara yang kaya raya ini.
Ingatlah saudara-saudara, musuh yang terberat itu adalah rakyat sendiri, Rakyat yang mabuk akan budaya luar yang kecanduan agama, yang rela membunuh Bangsa sendiri demi menegakkan budaya Asing, jangan mau diperbudak oleh semua itu.
Tetaplah bersatu padu membangun negeri ini tanpa pertumpahan darah.
Hai Anakku, simpan segala yang kau tau, jangan ceritakan berita sakitku kepada Rakyat, biarkan aku menjadi korban asal Indonesia tetap bersatu, ini aku lakukan demi kesatuan, persatuan dan keutuhan Bangsa jadikan deritaku sebagai saksi bahwa kekuasaan Presiden sekakipun ada batasnya, karena kekuasaan dan kekuatan langsung ada di tangan rakyat, dan diatas segala-galanya adalah kekuasaan Tuhan yang Maha Esa. Merdeka!!!
Dari :
http://www.dutaislam.com/2017/02/setelah-ketemu-anies-habib-rizieq-kena-fitnah-hot-kiai-maruf-diseret-seret-konspirasi.html